Asro Medika

Minggu, 11 September 2011

Abortus Infeksiosa


Definisi
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis.

Epidemiologi
Di Indonesia, abortus infeksiosus biasanya berawal terutama dari aborsi pada kehamilan tidak dinginkan; persentasenya satu di antara sepuluh abortus dengan risiko kematian 57-59/100.000 kelahiran hidup; sebagian besar aborsi dilakukan oleh tenaga tidak terlatih. Jadi, kontribusi unsafe abortion terhadap kematian ibu adalah 10-20%. Kejadian abortus infeksiosus di RS Sanglah Denpasar 7,59% dari seluruh kasus abortus dan angka kematian ibunya 18/100.000 kelahiran hidup.

Etiologi
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi pasca abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

Faktor Resiko
-        Tertinggalnya sebagian jaringan janin atau plasenta di uterus setelah terjadi aborsi inkomplit.
-        Pengguanaan peralatan medis yang asepsis ke dalam uterus.
-        Sexual transmitted disease
-        Penggunaan IUD
Penatalaksanaan
Penilaian awal
-        Keadaan umum pasien
-        Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik <90 mmHg, nadi >112 x/menit)
-        Bila syok disertai massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis; pikirkan kemungkinan KET.
-        Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsi, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
-        Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
  Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera atasi komplikasi tersebut.
  Gunakan jarum infus besar (16 G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis aau Ringer.
-        Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan.
Penanganan abortus inkomplit
-        Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
-        Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
  Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral
  Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K
-        Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri profilaksis antibiotik (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
-        Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metrodinazol 500 mg setiap 8 jam
-        Bila terdapat perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM
-        Bila pasien tampak anemik, berikan sulfat ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu, perhatikan hal-hal berikut ini:
-        Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas)
-        Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-benda lainnya dari regio genitalia.
-        Berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servisi dan pasien pernah diimunisasi.
-        Bila pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu
-        Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Penanganan abortus infeksiosa
-        Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak memadai, rujuk pasien ke RS.
-        Sebelum merujuk pasien, lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotik (misalnya ampisilin 1 g metrodinazol 500 mg).
-        Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT
-        Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotik berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini)
Tabel: kombinasi antibiotik untuk abortus infeksiosa
Kombinasi antibiotik
Dosis oral
Catatan
Ampisilin & metrodinazol
3x1 g oral & 3x500 mg
Berspektrum luas dan mencakup untuk gonorrhoea dan bakteri anaerob
Tetrasiklin dan klindamisin
4x500 mg & 2x300 mg
Baik untuk klamidia, gonorrhoea dan bakteriodes fragilis
Trimethoprim & sulfametoksazol
160 mg & 800 mg
Spektrum cukup luas dan harganya relatif murah

Pengeluaran Konsepsi
  1. Pengeluaran konsepsi pervaginam
1.      Pada umur kehamilan sampai 12 minggu
-        Penderita diberi infus cairan dekstrose 5% ditambah oksitosin 5-10IU.
-        Penderita diberi anestesi umum atau anestesi lokal (blok paraservikal).
-        Konsepsi dikeluarkan dari uterus dengan peralatan abortus tang dan sendok kuret.
-        Setelah konsepsi keluar seluruhnya, diberi suntikan metil ergonovine 0,2 mg intramuskular dan infus oksitosin dilanjutkan sampai 8 jam post kuretase.
2.      Pada umur kehamilan lebih dari 12 minggu
-        Penderita diberi infus cairan dekstrose 5% ditambah oksitosin 5 -10 IU dengan kecepatan 4 tetes permenit dinaikkan setiap 15 — 30 menit dengan 4 tetes. Penambahan tetesan dilanjutkan sampai konsepsi keluar seluruhnya.
-        Jika ternyata hanya sebagian konsepsi yang keluar, bagian jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan peralatan abortus tang dan sendok kuret. Sebelum tindakan kuretase dilakukan, terlebih dahulu penderita diberi anestesi umum atau anestesi lokal.
-        Setelah konsepsi keluar seluruhnya, diberi suntikan metil ergonovine 0,2 mg intramuskuler dan infus oksitosin dilan jutkan
  1. Pengeluaran konsepsi perabdominal
Untuk kasus aborsi dengan umur kehamilan lebih dari 12 minggu yang gagal dikeluarkan pervaginam dapat dipertimbangkan melakukan laparotomi dan dilanjutkan dengan histerotomi atau histerektomi. Tindakan histerektomi khususnya dipertimbangkan pada kasus aborsi infeksiosa atau aborsi septik.
1.      Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
2.      Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM.

Aspek Medicolegal
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.
Pasal 347 :
(1)   Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2)   Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 :
(1)   Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2)   Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
2.      Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
3.      Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4.      Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut. Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Prognosis
Ad functionam : dubia et bonam
Ad vitam          : bonam

Komplikasi
-        Abortus septik
-        Anemia berat
-        Syok septik
-        Perdarahan hebat
-        Kematian maternal

Kompetensi Dokter Umum
Kompetensi dokter umum : 2
-        Mampu memperoleh riwayat penyakit secara lengkap dan akurat, melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium umum sesuai masalah pasien menurut prosedur klinik rutin.
-        Memilih tindakan medis dengan tepat dan mampu menafsirkan berbagai tindakan yang diambil secara jelas dan akurat.
-        Rujukan: pada specialis obgin pada rumah sakit yang memiliki peralatan memadai.

DAFTAR PUSTAKA:
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. 2009. Jakarta: PT Bina Pustaka
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan Bab 1 Fisiologi. Palembang : FK Unsri
Obstetri Williams Edisi 21. EGC, Jakarta: 2006






Mioma Uteri


Definisi
Disebut juga leiomioma. Merupakan tumor jinak yang berasal dari sel otot polos di miometrium, tetapi mungkin karena konsistensinya yang padat, atau karena alasan tak logis lain, tumor ini lebih sering disebut fibroid.

Epidemiologi
Leiomioma adalah tumor jinak tersering pada perempuan dan ditemukan pada 30-50% perempuan usia subur. Namun usia puncak adalah 40 dan 45 tahun. Faktor genetik juga berpengaruh terbukti dari tumor ini lebih sering pada orang berkulit hitam daripada berkulit putih. Estrogen dan mungkin kontrasepsi oral berpengaruh terhadap perkembangan tumor ini. Tumor ini monoklonal dan kelainan kromosom nonacak ditemukan pada 40% tumor, tetapi perlu dicatat bahwa 60% secara kariotipe normal.

Etiologi
Beberapa gen telah diidentifikasi mengalami mutasi pada myoma uteri. Myoma uteri telah diketahui merupakan tumor monoklonal yang mengandung keabnormalan sel nonrandom. Kromosom yang paling sering terlibat adalah kromosom 1, 6, 7, 12, dan 14.

Manifestasi Klinis
Umumnya asimtomatik. Bila ada dapat berupa menoragia, dengan atau tanpa metroragia. Massa besar mungkin dapat diraba oleh pasien di daerah panggul atau menimbulkan rasa tertarik dan nyeri. Nyeri juga dapat timbul di bagian belakang kedua tungkai. Nyeri selama intercourse. Penekanan massa tumor pada kandung kemih dapat menimbulkan keluhan sering berkemih, inkontinensia, atau bahkan tidak bisa berkemih. Tekanan pada usus dapat menyebabkan kembung dan konstipasi. Jika sudah membesar, dapat memberikan gambaran seolah-olah hamil. Hanya sedikit bukti yang menyatakan tumor jinak ini dapat berubah menjadi ganas. Jika terjadi selama kehamilan, dapat mengakibatkan abortus dan kelahiran premature.
Leiomyosarkoma biasanya bukan berasal dari leiomyoma, tetapi langsung dari sel mesenkim myometrium.

Morfologi (patologi anatomi)
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Dapat soliter atau beberapa tumor dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari ukuran uterusnya. Sebagian terbenam di dalam miometrium (intramural), sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa), atau tepat di bawah serosa (subserosa). Neoplasma yang besar mungkin memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause, tumor mungkin menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi. Secara histologis tumor ditandai dengan berkas-berkas berbentuk kumparan sel otot polos yang histologinya mirip miometrium normal. Mungkin ditemukan fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik, degenerasi kistik, dan perdarahan.

Penegakan diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis dan ditemukan gejala dan tanda seperti pada manifestasi klinis. Untuk lebih lanjut, diperlukan USG, sonohysterography, hysterosalpingography, atau MRI.

Diagnosis Banding
Adenomyosis à painful menstruation, ada darah beku pada darah mens, perdarahan antarsiklus mens, darah mens banyak.
Pregnancy à ada tanda-tanda kehamilan
Ovarian tumour à Deepening voice, hair growth, Lower abdominal pain, Changes in weight, Menstrual abnormalities, Unusual vaginal bleeding
Endometrial polyp (type of Polyp)
Endometrial cancer
Leiomyosarcoma,  Abdominal mass, Abdominal pain, Enlarged liver, Jaundice
Ascites

Penatalaksanaan
a.   MR guided Focused Ultrasound Surgery: non invasif. Menggunakan high doses of focused ultrasound waves (HIFU) yang akan menghancurkan mioma uteri tanpa mempengaruhi jaringan lain di sekitar mioma. Prosedur ini menggunakan scanner MRI sebagai bantuan untuk memonitor treatment.
b.   Hysterectomy: membuang uterus termasuk tuba falopii, ovarium, dan cervix. Prosedur ini harus dijelaskan dengan detail kepada pasien dan keluarganya karena setelah operasi, pasien tidak bisa memiliki keturunan lagi.
c.   Laparoscopic Myomectomy: hanya membuang satu atau beberapa mioma yang terdapat di uterus. Prosedur ini harus dilakukan dengan anestesi general. Dapat memerlukan waktu 1-3 jam, tergantung jumlah, ukuran, dan kedalaman mioma terhadap dinding uterus.
d.   Hysteroscopic Myomectomy: dilakukan dengan memasukkan hysteroscope melalui vagina dan cervix ke uterus. Sebuah resectoscope dimasukkan dengan wire loop yang menggunakan frekuensi arus listrik tinggi untuk mengkoagulasikan jaringan, kemudian mengambil mioma. Butuh anestesi general.
e.   Laparoscopic Assisted Vaginal Myomectomy (LAVM): kombinasi laparoskopi miomektomi dengan insisi vagina. Tidak meninggalkan scar karena insisinya kecil dan cocok untuk mioma yang berukuran kecil.
f.    Laparoscopic Myomectomy with Mini-Laparotomy: dapat dilakukan untuk mioma yang lebih besar dari yang dilakukan dengan laparoskop. Dilakukan insisi sekitar 3 inch di abdomen.
g.   Abdominal myomectomy: dapat mengambil mioma dengan segala ukuran. Namun, kerugiannya adalah meninggalkan bekas luka yang cukup besar di abdomen. Selain itu, waktu recovery nya cukup lama.
h.   Robot-Assisted Myomectomy or Robotic Myomectomy: “keyhole” incisions.
i.    Hormone Therapy: terapi menggunakan GnRH dapat membuat mioma mengecil hingga 60%.
j.    Uterine artery embolization: emboli akan memblok aliran darah di sekitar mioma dan membuatnya mengecil. Dilakukan dengan menginsisi arteri uterin. Kemudian dipasang kateter dan diinjeksikan PVA untuk memblok aliran darah. Untuk prosedur ini diberikan anestesi lokal.
k.   Watchful Waiting

Prognosis
      Dubia ad bonam

Komplikasi
Kehamilan ektopik à infertilitas
Disfungsi kandung kemih
Dystocia
Perinatal morbidity
Menorrhagia
Meigs' syndrome
Intermenstrual PV bleed
Uterine fibroid red degeneration
Birth hypoxia
Uterine enlargement
Foetal malposition