| ||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Senin, 27 Februari 2012
Bronchopulmonary Segments
Phases of Lung Development
Histology for Pathologist, 3rd Edition | ||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Table 18.3 Lung Development and Regulatory Factors* | ||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Major Cell Types of the Lower Respiratory Tract
Reff; Histology for Pathologist, 3rd Edition
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Major Steroid and Peptide Hormonal Influences on the Breast (Adapted from Mccarty and Nath (8))
8. McCarty KS, Nath M. Breast. In: Sternberg SS, ed. Histology for Pathologists. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1997:71–82.
|
Histologic Changes in Lobules During the Menstrual Cycle (Adapted from Mccarty and Nath (8))
Reff: (8). McCarty KS, Nath M. Breast. In: Sternberg SS, ed. Histology for Pathologists. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1997:71–82.
|
SPASMODIC LARYNGITIS (ALLERGIC CROUP, PSEUDO CROUP)
Etiologi : Virus, faktor alergi dan faktor psikologis
Umur : menyerang terbanyak pada kelompok usia 1-3 tahun
Gejala klinis :
o Dapat terjadi pilek/serak atau tanpa pilek/serak.
o Pada malam hari batuk menggonggong, stridor inspirasi, anak gelisah, tanpa disertai panas
o Gejala pada pagi hari akan berkurang, malam menghebat berulang-ulang
o Ada predisposisi dalam keluarga
Diagnosis :
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan kelainan.
Penatalaksanaan :
o Tidak diperlukan rawat inap dan pemberian antibiotik.
o Pemberian nebuliser Setelah anak muntah, umumnya laringospasme akan menghilang.
LARINGITIS AKUT A/LARINGOTRAKEO BRONKITIS AKUT
Definisi :
Keradangan pada laring/ laring-trakea-bronkus
Etiologi : penyebab terbanyak adalah virus (Para influenza, Influenza, Adeno, RSV, Morbili)
Umur : menyerang terutama pada kelompok umur 3 bulan-5 tahun
Gejala klinis Laringitis akut :
Sering pada anak, biasanya ringan
Selalu didahului infeksi saluran nafas atas
Gejala klinis : panas, pilek,batuk 2-3 hari, mendadak suara parau, batuk menggonggong, stridor inspiratoir, pemeriksaan faring tampak hiperemi
Kesukaran napas yang terjadi tidak berat
Gejala klinis Laringotrakeobronkitis akut :
Dapat terjadi infeksi sekunder karena bakteri
Kesukaran bernapas yang terjadi lebih berat
Anak dapat mengalami panas tinggi
Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda-tanda bronkitis
Diagnosis Laringitis akut/Laringotrakeo bronkitis akut :
Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis
Ditunjang beberapa pemeriksaan tambahan :
o Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus
o Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal, jika disertai infeksi sekunder leukosit dapat meningkat.
Penatalaksanaan Laringitis Akut/Laringotrakeo bronkitis akut :
Umumnya tidak perlu MRS
Indikasi MRS :
– usia dibawah satu tahun
- tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted
- tampak retraksi suprasternal, atau retraksi subcostal
- diagnosis tidak jelas
- perawatan di rumah kurang memadai
Pada Laringotrakeo bronkitis akut dapat diberikan antibiotik (Ampisilin dan/atau Kloramfenikol)
Diberikan inhalasi dengan salin normal; bila tersedia dapat menggunakan racemic epinefrin inhalasi
Dapat diberikan antipiretika bila perlu
Pada anak yang tampak sakit berat :
o Anak harus menjalani rawat inap
o Pemberian oksigenasi
o Pemberian inhalasi: salin normal
o Pemberian cairan dan kalori intravena disesuaikan dengan berat badan dan status hidrasi
o Antibiotik diberikan secara intravena
o Dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari
o Jarang memerlukan tindakan trakeostomi
PATOFISIOLOGI Sindroma ”croup”
Adanya faktor infeksi (virus, bakteri, jamur), mekanis dan/atau alergi dapat menyebabkan terjadinya inflamasi, eritema dan edema pada laring dan trakea, sehingga mengganggu gerakan plica vocalis. Diameter saluran napas atas yang paling sempit adalah pada bagian trakea dibawah laring (subglottic trachea). Adanya spasme dan edema akan menimbulkan obstruksi saluran napas atas. Adanya obstruksi akan meningkatkan kecepatan dan turbulensi aliran udara yang lewat. Saat aliran udara ini melewati plica vocalis dan arytenoepiglottic folds, akan menggetarkan struktur tersebut sehingga akan terdengar stridor. Awalnya stridor bernada rendah (low pitched), keras dan terdengar saat inspirasi tetapi bila obstruksi semakin berat stridor akan terdengar lebih lemah, bernada tinggi (high pitched) dan terdengar juga saat ekspirasi. Edema pada plica vocalis akan mengakibatkan suara parau. Kelainan dapat berlanjut hingga mencapai brokus dan alveoli, sehingga terjadi laringotrakeobronkitis dan laringotrakeobronkopneumonitis. Pada spasmodic croup terjadi edema jaringan tanpa proses inflamasi. Reaksi yang terjadi terutama disebabkan oleh reaksi alergi terhadap antigen virus dan bukan akibat langsung infeksi virus.
Sabtu, 25 Februari 2012
Fraktur olecranon
Definisi
Fraktur olecranon merupakan cedera pada tulang yang paling menonjol pada siku. Fraktur ini dapat mengakibatkan disabilitas untuk meluruskan sendi siku.
Etiologi
- Jatuh dan secara langsung mengenai olecranon
- Penarikan otot triseps terhadap fragmen tulang siku
Epidemiologi
- Pada pasien osteoporosis dapat terjadi
- Lebih sering orang dewasa ketimbang anak2, dengan trauma yang sama pada anak2 lebih sering terjadi fraktur humerus distal
Factor resiko
- Atlit (ex. Baseball, rugby dll)
- osteoporosis
Manifestasi klinik
- Nyeri
- Sulit meluruskan siku
- Edema pada lokasi fraktur
- Ekimosis
- Nyeri tekan
- Kelumpuhan pada satu atau lebih jari
Penegakan diagnosis
a. Anamnesis
- Riwayat trauma
- Pergerakan sendi siku
b. Pemeriksaan fisik
- Nyeri (terutama saat digerakkan)
- Sulit meluruskan siku
- Edema pada lokasi fraktur
- Ekimosis
- Nyeri tekan
- Kelumpuhan pada satu atau lebih jari
- Kadang ada laserasi
c. Pemeriksaan penunjang
- X-ray
DD
- Dislokasi siku
- Fraktur humerus distal
- Fraktur atas radius
- Fraktur monteggia
Tatalsana
- Awal
o Periksa denyut pada pergelangan tangan untuk memastikan aliran darah masih cukup baik
o Berikan analgesic
o Es
o Pembelatan (splint)
o Kain gendongan (sling) untuk memposisikan siku
o Tidak semua fraktur olecranon membutuhkan tindakan opertif
- Terapi nonsurgical
o Beberapa kasus hanya membutuhkan pembelatan/ gips sirkuler
o Monitoring fraktur dan gambaran radiografi rutin
o Jika tidak ada perpindahan fragmen à pembelatan dapat dibuka beberapa minggu kemudian
o Latihan gerak
- Terapi surgical
o Jika ada fragmen yang berpindah
o Jika fragmen memotong kulit
o Anastesi general
o Insisi
o Pengembalian fragmen dengan cara :
§ Pins/wires
§ Screws
§ Plates and screws
§ Jahitan di tendon
Prognosis
Dubia ad bonam
Komplikasi
- Paresthesia nervus ulnaris
- Penurunan kemampuan ekstensi
- Ektopik tulang
KDU
3B
Fraktur colles
Definisi
fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan deformitas ke posterior. Fraktur colles juga dikenal dengan sebutan wrist fracture dan distal radius fracture.
Etiologi
- Trauma akibat posisi tangan yang hiperekstensi saat terjatuh
Epidemiologi
- Sering pada anak-anak dan orang tua. Karena tulang anak-anak masih lunak dan tulang menjadi lebih kropos pada orang tua sehingga mudah terjadi fraktur.
Faktor resiko
- Usia lanjut
- Trauma parah
- Massa otot rendah
- Kurang gizi
Manifestasi klinis
- Nyeri pada pergelangan tangan (adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.)
- Edema pergelangan tangan (akibat cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya)
- Memar / ekimosis
- Terdapat deformitas diatas pergelangan tangan (dinner fork deformity)
- Tidak dapat memegang benda-benda yang tidak berat
Penegakan diagnosis
a. Anamnesis
- Riwayat jatuh
- S
b. Pemeriksaan fisik
- Nyeri
- Edema
- Memar
- Spasme otot
- Penurunan sensasi
- Gangguan fungsi
- Mobilitas abnormal
- Krepitasi
- Deformitas
c. Pemeriksaan penunjang
- Xray : mengetahui derjat remuknya dan letak pastinya fraktur
o Stabil : hanya satu garis patahan
o Instabil : patahnya kominutif dan”crushing” dari tulang cancellous
- CBC
- Arteriografi :jika dicurigai ada kerusakan vaskuler
- Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
Diagnosis banding
- Fraktur smith (reverse colles fracture)
- Fraktur galeazzi (terdapat dislokasi sendi radius ulna)
- Fraktur montegia (fraktur sepertiga prokimal ulna)
Tatalaksana
- Terapi awal
o Posisikan tangan yang fraktur pada posisi normal istirahat
o Letakkan belat kaku di sisi bawah dari tempat fraktur untuk mencegah pergerakan yang banyak
o Gunakan es untuk mengurangi bengkak
o Bawa ke emergency
- Surgikal
o Jika fraktur tidak bergeser, fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalut disekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya
o Fraktur yang bergeser harus direduksi dibawah anestesi. Dipasang gips dorsal membentang tepat di bawah siku sampai leher metacarpal dan 2/3 dari pergelangan tangan itu
Prognosis
Dubia ad bonam
Komplikasi
a. Dini
- Kompresi saraf ulna dan medianus
- Kerusakan tendon
- Edema paska reposisi
- Redislokasi
b. Lanjut
- Nyeri kronis
- Shoulder hand syndrome
- Rupture tendon
KDU
3b
Langganan:
Postingan (Atom)