1. Kriteria Diagnosis
- Ada riwayat terlambat haid atau amenore yang kurang dari 20 minggu
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
- Rasa sakit atau kram perut didaerah supra simfisis.
a. Abortus iminens
Ditegakan atas dasar adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai dengan perasaan mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sesuai dengan usia kehamilan, serviks belum membuka. Dan tes kehamilan positif.
b. Abortus insipiens
Didapatkan perdarahan melalui ostium uteri eksternum agak banyak, rasa mules biasanya lebih sering dan kuat, didapatkan dilatasi dari serviks uteri dan hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar, kanalis servikalis terbuka dan jaringan sudah dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali sampai dapat menimbulkan syok dan perdarahan ini tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
d. Abortus komplit
Semua hasil konsepsi telah keluar dan diagnosis dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Missed abortion
Biasanya tidak dapat ditentukan dengan satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu untuk pengamatan dan penilaian tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus. Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus iminens yang kemudian menghjlang secara spontan atau setelah pengobatan, Hasil konsepsi tertinggal dalam rahim lebih dari 8 minggu atau biasanya tes kehamilan negatif.
f. Abortus infeksiosa
Abortus yang disertai dengan infeksi pada organ-organ genitalia. Didapatkan febris, nyeri adneksa dan fluor yang berbau.
g. Abortus septik
Abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksin ke peritoneum dan peredaran darah. Didapatkan tanda-tanda sepsis pada umumnya dan tidak jarang disertai dengan syok.
Jenis dan derajat abortus
D E R A J A T | ||||
Diagnosis | Perdarahan | Serviks | Besar uterus | Gejala lain |
Abortus imminens | Sedikit hingga sedang | Tertutup | Sesuai umur kehamilan | Plano tes(+) Kram Uterus lunak |
Abotus insipiens | Sedang hingga banyak | Terbuka | Sesuai atau lb kecil | Kram uterus lunak |
Abortus inkomplit | Sedikit hingga banyak | Terbuka | Lebih kecil dari umur kehamilan | Kram Keluar jaringan Uterus lunak |
Abortus komplit | Sedikitatau tidak ada | Lunak (terbuka atau tertututp0 | Lebih kecil dari umur kehamilan | Sedikit/kram (-) Uterus kenyal |
Missed abortion | Sedikit dan warna kehitaman | Agak kenyal dan tertutup | Lebih kecil dari umur kehamilan | Gejala kehamilan menghilang Uterus tak membesar |
2. LABORATORIUM
Tes kehamilan, laboratorium rutin dan khusus seperti COT. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.
3. RADIOLOGI
Pemeriksaan USG dan Doppler untuk menentukan apakah janin masih hidup dan menentukan prognosisnya.
tatalaksana
1. Abortus iminens
a. Tirah baring
Merupakan unsure penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
b. Sedativa ringan : Fenobarbital 3 X 30 mg sehari, dapat diberikan untuk
menenangkan penderita.
c. Tokolitik seperti isoksuprine 3 X 10 mg.
d. Hormonal : preparat progesterone
2. Abortus insipiens
a. Perbaiki keadaan umum
b. Kuretase, atau tetes pitosin bila usia kehamilan lebih dari 12 minggu dan kemudian dilanjutkan dengan kuretase.
c. Uterotonika
d. Antibiotika : derivat penisilin
3. Abortus inkomplit
a. Sama dengan terapi abortus insipiens
4. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya saja apabila penderita anemis perlu diberikan sulphas ferosus atau roborantia.
5. “Missed abortion”
a. Periksa petal hemostasis (sekurangnya CT dan BT)
b. Kehamilan dibawah 12 minggu : kuretase (sebelumnya pasang laminaria 12 jam)
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan terlebih dahulu oestradiol benzoas 2 X 20 mg i.m selama 3 hari berturut-turut dan dipasang laminaria 12 jam sebelum dilakukan tetes pitosin.
6. Abortus infeksiosa
a. Perbaiki keadaan umum
b. Antibiotika dosis tinggi : Ampicillin 3 X 1 g
Gentamisin 2 X 80 mg
c. Antipiretik L xylo-della 2 ml
d. Kuretase setelah 12 – 24 jam kemudian, kecuali bila perdarahan banyak kuretase segera dilakukan.
e. Anti tetanus toksoid 1500 u
f. Bila terjadi tetanus, kerjasama dengan bagian THT
7. Abortus septik
a. Rawat ICU
b. Terapi sama dengan abortus infeksiosa, hanya antibiotika spectrum luas dan dosis lebih tinggi. Ditambahkan metronidazole 500 mg melalui infus. Antibiotika nantinya disesuaikan dengan tes kepekaaan.
c. Deksametason 40 – 60 mg i.m diulang setiap 8 jam dengan dosis yang sama minimal 2 hari.
d. Bila setelah pemberian antibiotika (24 jam) dan kuretase keadaan umum tidak ada perbaikan, dipertimbangkan untuk melakukan histerektomi dan SOB.
e. Histerektomi juga dipertimbangkan bila :
1) Besar uterus lebih dari 16 minggu
2) Ada infeksi dengan kuman C. welchii
3) Dipakai zat korosif untuk abortus
4) Ada perforasi uterus
8. Abortus buatan
Hanya dilakukan atas indikasi medis serta harus dilibatkan sedikitnya 3 dokter,
yaitu : - Dokter ahli yang bersangkutan
- Dokter ahli kebidanan dan kandungan
- Direktur Rumah Sakit Umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar