BAB I
REKAM MEDIS
1.1
Identifikasi
Nama : Ramadhan
No Reg/ Med Rec : 04002182/247368
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 9
Tahun
Alamat : Luar
Kota
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum
Menikah
MRS : 14
Maret 2009
1.2
Anamnesis
Keluhan Utama: Bak dari pangkal kemaluan.
Riwayat Perjalanan Penyakit: Bak dari pangkal kemaluan sejak lahir, pancaran kencing tidak jauh (+). Operasi meluruskan kemaluan 6 bulan yang lalu.
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran :
Kompos mentis
TB :
120 cm
BB :
24 kg
Gizi : cukup
Tekanan Darah : 11/80 mmHg
Nadi : 106 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Temperatur : 36,70C
Kepala : konjuntiva palpebra pucat -/-, sclera ikterik -/-
Pupil : isokor, reflex cahaya +/+
Leher : tidak ada kelainan
KGB : tidak ada pembesaran
Dada : tidak ada kelainan
Paru : tidak ada kelainan
Jantung : tidak ada kelainan
Perut : tidak ada kelainan
Hati : tidak ada kelainan
Kemaluan :
Lihat status lokalis
Ekstremitas superior : tidak ada kelainan
Ekstremitas inferior : Tidak ada kelainan
Status Lokalis
Regio genitalia eksterna
Inspeksi : Tampak
adanya lubang pada pangkal penis
1.4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah Rutin (18-02-2009)
Hb :
12,4 g/dL (N: 14-18
g/dL)
Ht :
37 vol% (N: 40-48
vol%)
Leukosit : 7600/mm3 (N: 5000-10000/mm3)
Trombosit : 357.000/mm3 (N:
200000-500000/mm3)
Kimia Klinik
BSS : 80 mg/dL
1.5
Diagnosis Kerja
Post
chordectomy Hipospadia pro uretroplasty
1.6
Penatalaksanaan
Uretroplasty
1.7
Prognosis
Quo ad vitam :
bonam
Quo ad functionam :
bonam
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Hipospadia
merupakan suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus terletak dipermukaan
ventral penis dan lebih proksimal dari tempatnya yang normal pada ujung glans
penis. Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) dan
spaden (opening).
Hipospadia
dapat timbul tanpa chordee dan chordee dapat pula timbul tanpa adanya
hipospadia. Chordee merupakan jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus
yang letaknya abnormal ke glans penis. Adanya chordee ini menyebabkan penis
melengkung kearah bawah yang tampak jelas pada keadaaan ereksi. Dengan penis
yang bengkok maka akan timbul kesulitan dalam proses reproduksi dari penis yang
hipospadia tersebut.
B.
Insidens.
Hipospadia
terjadi pada setiap 350 kelahiran bayi laki-laki hidup. Makin proksimal letak
meatus, makin berat kelainan nya dan makin jarang frekuensinya. Klasifikasi
dari hipospadiyang sering dipakai adalah glandular, distal penile, penile,
penoskrotal, scrotal, dan perineal. Yang
distal frekuensinya sampai 90% sedang yang penile, skotal, dan perineal hanya
10%.
Di Amerika Serikat angka kejadian sekitar 3-8 diantara
1000 kelahiran bayi laki-laki dan angkanya meningkat 2 kali lipat dari tahun
1970 hingga tahun 1993. Sedangkan sejak tahun 1998-2004 jumlah pasien yang
telah di tangani Profesor Chaula sebanyak 350 orang. Di Indonesia juga terjadi peningkatan
insidens hipospadia, dari yang ada pada hahun 2006,
Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Kariadi Semarang rata-rata menangani enam pasien
hipospadia dalam sebulan atau lebih banyak dibanding tahun sebelumnya yang rata-rata
empat pasien perbulan.
C.
Embriologi
Jenis kelamin pada embrio ditentukan pada saat
konsepsi oleh kromosom pada spermatozoa yang membuahi ovum.Sperma yang
mengandung kromosom X akan membentuk individu XX (wanita) sedangkan kromosom Y
pada spermatozoa akan membentuk XY ( laki-laki).
Pada embrio berumur 2 minggu baru terdapat dua
lapisan yaitu ectoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan ditengah-tengah
yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ectoderm dan
endoderm.
Di bagan kaudal ectoderm dan endoderm tetap bersatu
membenuk membrane kloaka. Pada permulaan minngu ke enam, terbentuk tonjolan
antara umbilical cord dan tail yang disebut genital turbecle. Dibawahnya pada
garis tengah terbentuk lekukan dimana dibagian lateralnya ada 2 lipatan
memanjang yang disebut genital fold. Selama minggu ke 7, genital turbekel akan
memanjang dan membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio
adalah laki-laki. Bila wanita akan menjadi klitoris.
Bila terjadi
agenesis dari mesoderm maka tubercle tak
terbentuk sehingga penis juga tidak terbentuk. Bagian anterior dari membrane
kloaka, yaitu membrane urogenitalia akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara
itu sepasang lipatan yang disebut genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia.
Bila genital fold
gagal bersatu diatas sinus urogenitalia maka akan timbul hipospadi. Selama periode ini
juga, terbentuk genital swelling di bagian lateral kiri dan kanan. Hipospadi yang terberat yaitu jenis penoskrotal,
skotal dan perineal, terjadi kegagalan genital fold dan genital swelling untuk
bersatu.
Beberapa
etiologi untuk hipospadia yaitu genetik, endocrine dan faktor lingkungan.
o
Faktor genetik
Faktor predisposisi genetik telah
dibuktikan melalui 8-fold meningkatkan insidens hypospadia diantara kembar
monozigot dengan singletons. Penemuan ini berhubungan dengan kebutuhan 2 fetus
terhadap HCG yang dihasilkan oleh satu plasenta yang tidak cukup pada periode
kritis perkembangan urethra.
- Penyakit
keluarga menjadi perhatian. Ayah
Penderita hipospadia juga menderita hipospadia pada 8% pasien dan saudara laki-laki penderita hipospadia
juga hipospadia didapatkan pada 14% pasien.
·
Faktor endokrin
- Penurunan
ketersediaan androgen atau ketidakmampuan untuk menggunakan Androgen
secara tepat dapat menimbulkan hipospadia. Pada tahun 1997 dilaporkan oleh Aoronson
dkk. 66% laki-laki dengan hipospadia ringan dan 40% dengan hipospadia
berat ditemukan mempunyai defek pada biosintesis testicular testoteron. Mutasi pada
enzim 5-alpha reductase yang mengubah testosterone menjadi dihydrotestosterone (DHT), dihubungkan
dengan hypospadias. Pada 1999 dilaporkan
oleh silver dkk. Bahwa 10% anak laki-laki dengan hipospadia empunyai
sedikitnya satu alel dengan mutasi 5-alpha reductase mutation. Meskipun
defisit reseptor androgen secara kuantitatif maupun kualitatif telah
dibuktikan menyebabkan hypospadia. Akan tetapi hal ini tidak selalu
terjadi karena ada faktor lain
yang mempengaruhi.
·
Faktor lingkungan.
E.
Patologi
Anatomi
Glans
penis pada hipospadi bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal
dibagian ventral. Prepusium tidak ada dibagan ventral. JaringanAbnormal yang
menimbulkan chordee adalah jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang ke distal sampai basis dari glans penis. Kulit penis dibagian
ventral distal dari meatus sangat tipis.
Tunika dartos, fascia buch, dan kospus spongiosum tidak ada.
Bila meatus letaknya di skrotum atau
perineum maka terdapat scrotum bifida dimana ada lekukan yang tak rambut. Raphe
penis yang biasanya terdapat dibagian tengah akan berpindah kesalah satu sisi
sesuai dengan adanya torsi dari kulit penis.
Kadang-kadang terdapat saluran
uretra yang buntu dibagian distal dari meatus. Juga dilaporkan adanya fistula
uretra congenital yang timbul bersama-sama hipospadi. Sering skrotum letaknya
lebih ke anterior dari basis penis (engulfment). Selain itu kadang-kadang
ditemukan penis yang kecil sehingga pada keadaan seperti ini diperlukan
pemeriksaan kromatin seks untuk identifikasi jenis kelamin.
F.
Gegala Hipospadia
Gejala klinis yang ditimbulkan pada
hipospadia yaitu :
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung
penis, tetapi berada di bawah penis
2.
Penis melengkung ke bawah
3.
Penis tampak seperti berkerudung karena
kelainan pada kulit depan penis
4.
Jika BAK anak harus duduk.
5.
Glans penis bentuknya lebih datar dan
ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus
6.
Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang
mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras
dari jaringan sekitar.
7.
Glans penis bentuknya lebih datar dan ada
lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus .
8.
Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang
mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras
dari jaringan sekitar
G.
Diagnosis
Meskipun
dapat di diagnosis dengan menggunakan prenatal fetal ultrasonography,
Hipospadia biasanya di diagnosis pada saat bayi baru lahir dengan pemeriksaan
fisik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan meatus urethra externus terletak lebih
proksimal, kadang-kadang disetai dengan atau tanpa chordee. Bila tidak terdapat
chordee maka pengobatan dapat ditangguhkan sampai umur 3-4 tahun untuk
memastikan bahwa betul-betul tidak ada chordee yang terjadi. Bila pada umur 4
tahun tak ada chordee, maka anak tersebut dapat di sirkumsisi.
Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy
untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal. Excretory
urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital
pada ginjal dan ureter.
H.
Pengobatan
Hipospadia
dapat di obati dengan cara pembedahan yang bertujuan utuk memperbaiki fungsi
dan kosmetik. Usia ideal untuk dilakukan pembedahan adalah usia 1,5 – 3 tahun
atau pada sebelum usia sekolah saat anak belum mengerti sehingga akan
mengurangi efek psikologis anak tersebut. Pada usia bayi biasanya dilakukan
kordektomi untuk meluruskan penis. Sedangkan pasca usia 2-4 tahun dilakukan
rekonstrusksi tahap kedua yang terdiri dari rekonstruksi uretra.Meskipun pada kepustakaan
disebutkan ada lebih dari 200 teknik operasi untuk hopospadia tapi yang palin
popular adalah teknik dari Thiersch-duplay, Dennis Brown, Cecil culp, dan
lain-lain.
Pada semua teknik operasi tersebut pada tahap pertama
dilakukan eksisi dari chordee. Penutupan
luka operasi dilakukandengan menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit
penis. Tahap pertama ini
dilakukan pada usia 1,5-2 tahun bila ukuran penis sesuai untuk usianya. Setelah
eksis chordee maka penis akan menjadi lurus, tapi meatus masih pada tempatnya
yang abnormal. Pada tahap kedua dilakukan uretroplasti yang dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama.
Pada tahap kedua ini dibuat insisi parallel pada tiap
sisi uretra sampai glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah ini untuk
membentuk urethra. Setelah
urethra terbentuk luka operasi ditutup dengan flap dari kulit dari prepusium di
bagian lateral yang ditarik ke ventral dan dipertemukan pada garis median..
Pada teknik Thiersch- Duplay (Byars) dilakukan operasi
pada 2 tahap. Cecil Culp melakukan teknik 3 tahap dimana pada tahap kedua,
penis diletakkan pada skrotum. Baru pada tahap ketiga dilakukan pemisahan penis
dan skrotum.
Pada
tahun 1959 horton dan devine memprkenalkan teknik satu tahap untuk
penangulangan hipospadia teknik satu tahaap ini dilakuakan pada anak yang lebih
besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadia jenis
yang distal.
Pada penanggulangan hipospadia, jelas
diperlukan prepusium, Karena itu hipospadia merupakan kontraindikasi yang absolute
untuk sirkumsisi. Diharapkan semua tahapan ini dapat selesai sebelum anak masuk
sekolah.
BAB
III
ANALISIS
KASUS
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan utama
buang air kecil dari pangkal penis. Dari ananmnesis diketahui bahwa BAK tidak
memancar jauh dan pada 6 bulan sebelum masuk rumah sakit telah dilakkan operasi
untuk meluruskan penis.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital
sign dalam batas normal, gizi cukup, dan dan
pada organ lain dalam batas normal. Namun pada regio genitalia eksterna
ditemukan kelainan meatus urinarius
eksternus terdapat pada scrotum.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis yang dapat
ditegakan pada pasien ini adalah hipospadia tipe scrotal. Yang di tatalaksana
dengan pembedahan yang dilakukan dalam dua tahapan. Operasi ini bertujuan untuk
merekonstruksi penis agar lurus dengan
orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin.
Pada semua teknik operasi tersebut pada tahap pertama
dilakukan eksisi dari chordee. Sedangkan operasi tahap kedua
adalah uretroplasty.