Asro Medika

Minggu, 10 Juni 2012

RINITIS ALERGI


Mahyudin
                                                                        04081001038

Definisi
            Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai IgE.

Etiologi
            Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Ada 2 fase reaksi alergi: fase cepat (RAFC) dan fase lambat (RAFL).

Patofisiologi
            Kontak pertama dengan allergenà  ditangkap oleh makrofag (APC) à antigen membentuk fragmen peptide + HLA kelas 2 à komplek peptide MHC kelas 2 à APC melepaskan sitokin à mengaktifkan Th0 untuk berploriferasi menjadi Th1 dan Th2.
            Th2 memproduksi sitokin IL 3, IL 4, IL 5, IL 13 à mengaktifkan sel limfosit Bà menghasilkan IgE à menuju sirkulasi darah dan jaringan àIgE berikatan dengan sel mastosit basophil à sel mediator jadi aktif
            Terpapar alergen yang samaà kedua rantai IgE mengikat allergenà degranulasi dinding sel basophil dan mastosità terlepasnya mediator kimaàHistamin (preformed mediators) dan prostaglandin, leukotrin, dll (newly formed mediators). àbersin-bersin, rinore, hidung tersumbat, gatal-gatal pada hidung.


Klasifikasi
            Berdasarkan WHO ARIA à (1) Intermiten ringan, (2)Intermiten sedang-berat, (3) Persisten ringan, (4) Persisten sedang-berat

Diagnosis
            Anamnesis à bersin berulang, rinore, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang-kadang hiperlakrimasi.

            Pem Fisik à Inspeksi : allergic shiner, allergic salute, allergic crease, facies adenoid, cobblestone appearance, geographic tounge.
                                       Rhinoskopi anterior : mukosa edema, basah, berwarna pucat/livid, secret encer dan banyak, bila persistenàmukosa inferior tampak hipertrofi.

            Pem Penunjang à hitung eosinophil bisa N/tinggi, tes cukit kulit,  SET (skin end-point titration), Intracutaneus provocative dilutional food test, challenge test, sitology hidung, hitung basophil dan PMN, pemeriksanan penunjang lainàIgE total dan Spesifik.

Tatalaksana
            Sesuai Algoritma rhinitis Alergi ARIA,
Namun secara umumà menghindari kontak dengan allergen penyebabnya, antihistamin (generasi 2 lebih disukai: loratadin) bisa dikombinasikan dengan dekongestan peroral. Bila berat à kortikosteroid topikal dan oral, Na-kromoglikat, gagalàkaustik konka/konkotomi.

Prognosisà sesuai klasifikasi rhinitis alergi
Komplikasià Rinitis Hipertrofi, Polip Hidung, OME Residif, Infeksi SPN. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar