Patofisiologi
Pada
amblyopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan
perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta
studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis
yang peka dalam berkembangnya keadaan amblyopia. Periode kritis ini sesuai
dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal
yang diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi
yang signifikan. Secara umum, periode kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi
lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya amblyopia ketika periode kritis lebih singkat pada
rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia.
Periode kritis tersebut adalah :
1.
Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200
(6/60) hinga 20/20 (6/6) yaitu pada saat lahir sampai usia 3 –
5 tahun.
2.
Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya
amblyopiadeprivasi, yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7 – 8 tahun.
3.
Periode dimana kesembuhan amblyopia masih dapat dicapai,
yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Walaupun
mekanisme neurofisiologi penyebab amblyopia masih sangat belum jelas, studi
eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium
pada manusia dengan amblyopia telah memberi beberapa masukan, pada binatang
percobaan menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yangdalam/besar
yang diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer
dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata,
dan sel yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga
terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum
dapat disimpulkan. Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan
terutama interaksikompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual
korteks untuk berkembang hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir,
tapi mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus
belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata
bersamaan. Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada
kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak
sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan
baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal initerjadi, otak akan ”mematikan” mata
yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk
melihat.
Penatalaksanaan
Amblyopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana
dengan efektif selama satu dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik
dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal
terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap
bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan
penatalaksanaan hingga penglihatan ”matang” (sekitar umur 10 tahun).
Penatalaksanaan amblyopia meliputi langkah – langkah
berikut :
1.
Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang
penglihatan seperti katarak
2.
Koreksi kelainan refraksi
3.
Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi
penggunaanmata yang lebih baik
Pengangkatan Katarak
Katarak
yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda
– tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama
kehidupan, penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal.
Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua
sebaiknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat
dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam beberapa minggu
setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. Yang mana katarak traumatika itu
sangat bersifat amblyopiogenik.
Kegagalan
dalam ”menjernihkan” media, memperbaiki optikal, dan penggunaan regulermata
yang terluka, akan mengakibatkan amblyopia berat dalam beberapa bulan,
selambat – lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.
Koreksi Refraksi
Bila
amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi dengan
kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia diberi dengan
koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila dijumpai myopia tinggi
unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata akan
terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. Karena kemampuan mata
amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia tidak dapat
mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mataanak normal.
Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa
menjadi defisit optikal berat.
Amblyopia
anisometropik dan amblyopia isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan
koreksi kacamata selama beberapa bulan.
1. Oklusi dan Degradasi Optikal.
Terapi
oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan, yang keberhasilannya
baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu
(part-time).
A. Oklusi
Full Time
Pengertian oklusi full- time pada mata
yang lebih baik adalah oklusi untuk semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu
berjaga. (Occlusion for all or all but onewaking hour), arti ini sangat penting
dalam pentalaksanaan amblyopia dengan cara penggunaan mata yang ”rusak”. Biasanya
penutup mata yang digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang
tersedia secara komersial. Penutup
(patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu tidur.
Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak dapat juga
menjadi alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat
patch-nya kurang lengket. Full-time patchingbaru dilaksanakan hanya bila
strabismus konstan menghambat penglihatan binokular, karena full-time patching
mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan binokular.
Ada suatu aturan / standar mengatakan
full-time patching diberi selama 1 minggu untuk setiap tahun usia misalnya
penderita amblyopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time
patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan
terjadinya amblyopia pada mata yang baik.
B.
Oklusi Part-time
Oklusi part-time adalah
oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil sama dengan oklusi
full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat
amblyopia.Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan
peranan full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan,
pasien usia 3-7 tahun dengan amblyopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 =
6/30 dan20/400 = 6/120 ), full-time patching memberi efek sama dengan penutupan
selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan
kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6 jam/hari pada
amblyopia sedang / moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien
usia 3 – 7 tahun. Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas
melihat dekat selama 1 jam/ hari.
Idealnya, terapi amblyopia
diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam penglihatan dengan
Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing –
masing mata. Hasil ini tidak selalu dapat dicapai.
Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan
harus tetap diteruskan.
2.
Degradasi Optikal
Metode lain untuk
penatalaksanaan amblyopia adalah dengan menurunkan kualitas bayangan (degradasi
optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih burukdari mata yang
amblyopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik( biasanya
atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada
mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihatdekat
dekat.
ATS menunjukkan metode ini
memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching untuk amblyopia sedang
(tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada
anak usia 3 – 7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada
akhir minggu (weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan
pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3 – 7 tahun
dengan amblyopia sedang.3 Ada juga studi terbaru yang membandingkan atropine
dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukkan atropine merupakan
pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang tadinya masih ragu – ragu, memilih
atropine sebagai pilihan pertama dari pada patching. hasil studi telah
diterbitkan di Ophthalmology, Agustus 2003 Review of Ophthalmology, Oktober
2003. P
Pendekatan ini mempunyai
beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan
lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk
”menggagalkan” metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi. Metode
pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif dengan
ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode
ini mencegah terjadinya efek samping farmakologik atropine. Keuntungan lain
dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang
lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadimemungkinkan
penglihatan binokular.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar