Adalah
kongesti diskus optikus akibat peningkatan tekanan intracranial yang paling
sering disebabkan oleh tumor serebrum, abses, hematom subdural, malformasi
arteriovenosa, perdarahan subaraknoid, hidrosefalus, meningitis dan
ensefalitis.
Klasifikasi
1.
Papil
edema akut
Pada
papil edema akut, fungsi nervus optikus sering kali normal. Ketajaman
penglihatan biasanya normal, seperti penglihatan warna ( kecuali jika pada
macula terdapat eksudat, edema atau perdarahan ). Respon pupil juga biasanya normal.
Pada papiledema akut kemungkinan terjadi akibat peningkatan tekanan
intracranial yang cepat atau bermakna, terdapat perdrahan dan bercak cotton
wool didiskus opticus dan sekitarnya
yang menandai suatu dekompesasi vascular dan aksonal disertai risiko kerusakan
nervus opticus dan defek lapangan pandang , edema peripapillar, eksudat retina,
lipatan-lipatan koroid.
2.
Papil
edema kronis
Pada
pasien peningkatan TIK kronik dan papil edema lama ( tumor yang tidak terdeteksi atau dengan
pengobatan yang tidak adekuat, pseudotumor serebri, infeksi SSP), fungsi nervus
optikus dapat memburuk. Dengan menetapnya peningkatan tekanan intracranial
secara perlahan-lahan, diskus yang meninggi dan hiperemis menjadi putih kelabu
sebagai akibat gliosis astrositik dan atrofi neuron dengan konstriksi sekunder
dengan pembuluh-pembuluh darah retina dan masuk pada stadium papiledema
atrofik. Mungkin juga terdapat kolatera-kolateral retinokoroidal yang
menghubungkan vena centralis retinae dan vena-vena choroid peripapilar,
kolateral-kolateral ini timbul bila sirkulasi retina terhambat di daerah
pralaminar nervus opticus.
Etiologi
·
Setiap tumor atau space-occupying
lesions (SOL) pada SSP
·
Hipertensi intrakranial idiopatik
·
Penurunan resorbsi LCS (cth, thrombosis
sinus venosus, proses peradangan, meningitis, perdarahan subarachnoid)
·
Peningkatan produksi LCS (tumor)
·
Obstruksi pada sistem ventrikular
·
Craniosynostosis
Patofisologi
Arteri
retina sentral memasuki mata bersama-sama dengan nervus optikus dan diiringi
vena retina sentralis. Pintu masuk dan keluar arteri dan vena retina sentralis
melalui jaringan sclera yang kuat pada nervus optikus dapat terganggu pada keadaan-keadaan
yang menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
Pembengkakan
diskus optikus disebabkan tertahannya aliran aksoplasmik dengan edema
intraaksonal pada daerah diskus saraf optikus. Ruang subarachnoid dilanjukan langsung dengan pembungkus saraf
optic. Oleh karena itu jika tekanan LCS meningkat maka tekanan diteruskan ke
saraf optik dan pembungkus saraf optic bekerja sebagai tourniquet yang
menghambat transport aksoplasmik. Ini menyebabkan penumpukan material di lamina
cribrosa sehingga menyebabkan pembengkakan khas pada saraf cranial.
Agar
papiledema dapat terjadi, ruang subarahknoid disekitar saraf optic harus paten
dan berhubungan dengan saraf optikus retrolaminar melalui kanalis optikus ke
ruang subarachnoid intrakranium sehingga peningkatan tekanan
intrakranium disalurkan ke saraf optikusretrolaminar. Disana transpor aksonal
yang lambat dan cepat terhambat dan terjadi distensiakson yang jelas pada
superior dan inferior dari diskus optikus sebagai tanda awal dari papiledema.
Hiperemia diskus, dilatasi telangiektasi kapiler permukaan, pengaburan batas
diskus peripapiler dan hilangnya denyut vena spontan terjadi pada
papiledema yang ringan. Edema disekitar diskus dapat menyebabkan penurunan
sensitivitas terhadap isopter-isopter kecil pada pemeriksaan lapangan
pandang, tetapi akhirnya akan jelas lipatan-lipatan retinasirkumferensial
disertai perubahan pada refleks membran pembatas internal (garis Paton)sewaktu
retina terdorong menjauhi diskus yang terjepit. Sewaktu retina terdorong bintk
buta juga akan meluas terhadap isopter besar pada pemeriksaan lapangan
pandang.
Pada
papil edema akut akibat peninggian tekanan intrakranial yang
terus-menerus,ditemukan perdarahan dan bercak cotton wool yang menandai
terjadinya dekompensasivaskular dan aksonal yang menjadi resiko terjadinya
kerusakan akut saraf optik dan defek lapangan pandang. Juga ditemukan
edema peripapiler (yang dapat meluas ke makula) danlipatan koroid.
Pada
papil edema kronik, sebagai konsekuensi dari peninggian tekanan
intrakranialyang sedang ditemukan perdarahan dan bercak cotton wool. Pada
peningkatan intrakranialyang persisten diskus hiperemis dan berangsur-angsur
menjadi putih keabu-abuan akibatgliosis astrositik dan atrofi saraf disertai
kontriksi sekunder pembuluh-pembuluh darah retina.Mungkin juga terjadi pembuluh
darah kolateral retinokoroidal yang disebut denganoptikosilisaris yang
menghubungkan vena retina sentralis dan vena koroid peripapiler
apabilasirkulasi vena retina terhambat di daerah prelaminar saraf optikus.
Diperlukan
waktu 24 hingga 48 jam untuk pembentukan papil edema dini (early) dan 1minggu
untuk pembentukan sempurna (established). Diperlukan 6-8 minggu untuk
papiledema yang terbentuk sempurna mereda dengan pengobatan
Penurunan
TIK dan perfusi sistolik yang tiba-tiba dapat menyebabkan
penurunan penglihatan yang berat pada semua tingkat papil edema.
Diagnosis
1.
Anamnesis
Gejala
yang timbul akibat sekunder dari peningkatan intracranial
a. Sakit
kepala
b. Mual
muntah
c. Gejal-gejala
visual seperti :
·
beberapa
pasien mengalami gangguan visual transient (adanya penglihatanmemudar
keabu-abuan, terutama ketika bangun dari posisi duduk atau berbaring,atau
penglihatan jadi kerlap ± kerlip seperti lampu saklar yang dimati ±
hidupkansecara cepat)
·
Penglihatan
kabur, konstriksi pada lapangan pandang dan penurunan persepsi warna dapat
terjadi
·
Diplopia
dapat terkadang ditemukan jika suatu kelumpuhan saraf ketujuh terjadi
·
Tajam
penglihatan biasanya tidak terganggu
kecuali pada penyakit yang sudah lanjut.
2.
P. Fundoskopi
·
Batas pupil kabur
·
Hiperemi papil
·
Elevasi papil
·
Perdarahan ( bentuk flame shaped dan
punctata/ bercak
·
Eksudat ( sebagai bercak putih/
cotton wool
·
Pembendungan vena
·
Pulsasi vena akan menghilang
·
Hilangnya phisiologyc cup akibat
tertutup oleh transudat dan eksudat
3. P.
Penunjang
·
CT Scan, MRI : identifikasi lesi massa SSP
·
B-Scan ultrasonography : dapat
menyingkirkan diskus drusen
·
Fluorescein angioghrapy untuk membantu
menegakkan diagnosis
·
Perimetri : pada papiledema kronik
pembatasan lapangan pandang terutama daerah inferior secara bertahap dapat
terjadi selanjutnya dapat memburuk menjadi kehilangan penglihatan sentral dan
kebutaan total.
·
Fotgrafi warna stereo berguna untuk
mendokumentasikan perubahan yang terjadi
Berdasarkan
pemeriksaan funduskopi, papil edema terbagi dalam 4 tingkatan :
1. Early
·
Tidak
ada gejala visual dan tajam penglihatan normal
·
Diskus
optikus tampak hiperemis dan elevasi ringan. Garis tepi diskus (awalnya
nasal,kemudian superior, inferior dan temporal) tampak tidak jelas, dan mulai
terjadi pembengkakan lapisan serat saraf papil retina.
2.Established
·
Penglihatan
kabur yang transien dapat terjadi pada satu atau kedua mata,
terjadi beberapa detik, terutama saat berdiri.
·
Tajam
penglihatan normal atau berkurang
·
Diskus
optikus terlihat hiperemis berat dan elevasi sedang dengan garis tepi yang
tidak jelas, dimana awalnya dapat asimetris. Optic cup dan pembuluh
darah kecil di diskustampak kabur. Terjadi sumbatan vena, dan perdarahan
peripapiler berupa flame shape,dan dapat terlihat cotton-wool spots.
3. Longstanding
·
Tajam
penglihatan bervariasi dan lapangan pandang mulai menyempit.
·
Elevasi
diskus optikus yang nyata.
·
Cotton-wool spots dan
perdarahan tidak ada
4. Atrophic
·
Tajam
penglihatan sangat terganggu
·
Diskus
optikus terlihat berwarna abu-abu kotor , sedikit elevasi, dan garis tepi yang
tidak jelas
Penatalaksanaan
1.
Terapi diarahkan langsung pada penyebab
yang mendasarinya ( pembedahan jika ada massa SSP ).
2.
Acetazolamide oral biasanya 250 mg satu
empat kali sehari, tetapi bisa sampai 500 mg empat kali sehari atau diuretik
seperti furosemide
3.
Pembuatan pirau cairan serebrospinal
atau fenestrasi selubung nervus opticus bila terdapat penurunan penglihatan
yang berat atau progresif, atau bila tidak tahan terhadap terapi medis.
4. Penurunan
berat badan disarankan pada kasus hipertensi intracranial idiopatik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar