Asro Medika

Senin, 17 Oktober 2011

AML


AML (ACUTE MYELOCYTIC LEUKEMIA)
Diagnosis Banding

AML
ALL
Anemia Aplastic
ITP
Anamnesis




Anemia
ada
ada
ada
tidak ada
Pendarahan
ada
ada
ada
ada
Infeksi
ada
ada
ada
?
keringat malam
ada
ada
tidak ada
tidak ada
Pemeriksaan fisik




Hepatosplenoegali
ada
ada
tidak ada
tidak ada
massa mediastinal
ada
ada
tidak ada
tidak ada
pemeriksaan Lab




Hb
turun
turun
turun
normal
Trombositopenia
ada
ada
ada
ada
Leukositosis
ada
ada
tidak ada(turun)
tidak
Neutropenia
ada
ada
 ada
ada
pxdarah tepi




adanya sel blast
Ada di Mieloid
Ada di Limfoid
tidak ada
tidak ada
px sum-sum tulang




hiperselular, sel blast > 30 %
Ada
ada
hiposellular
normal
Auer rods
ada
Tidak ada
-
-
Granula azurafilik
ada
Tidak ada
-
-

Penegakan Diagnosis :
-        Anamnesis : Pucat, Mudah capek, Demam persistent dan perdarahan (gejalanya seperti nyeri tulang).
-        Pemeriksaan          : Anemia, demam, petechie pada ekstremitas bawah purpura, epistaksis, perdarahan gusi, atau perdarahan saluran cerna, Organomegali dan adenopati, nyeri abdomen atau saluran kemih, hyperplasia ginggiva,dan ada nodul-nodul dikulit (chloroma)
-        Laboratorium        : Anemia normokrom normositer, trombositopenia, leucopenia atau leukositosis, LED ↑, PT dan aPTT memenjang.
-        Darah tepi : mielosit sel mieloblast > 30 % yang mengandung granula azurofil dengan lisosom dan sejumlah Auer rods pada sitoplasmanya.
AML Adalah salah satu jenis leukemia dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). 
AML meliputi :  -     leukemia mieloblastik akut,
-          leukemia monoblastik akut
-          leukemia mielositik akut
-          leukemia monomieloblastik dan
-          leukemia granulositik akut
Sedangkan klasifikasi berdasarkan FAB (Franch American British) cooperative group membagi AML menjadi 8 berdasarkan morfologi,sitogenetika dan imunophenotyping.

Etiologi
-            belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang turut berperan adalah :
1.      Faktor endogen
kelainan kromosom (meningkat pada Down Sindrom), herediter (dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau kembar satu telur).
2.      Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).

Manifestasi klinis
1.      anemia : letih, pucat,
2.       perdarahan : terjadi nyeri sendi dan tulang, petekia,
3.      Tanda infeksi : demam
4.      anoreksia
5.      nyeri abdomen yang tidak jelas, berat badan menurun,
6.      Hipertrofi ginggiva
7.      Kloroma spinal (lesi massa)
8.      Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal
9.      pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa, dan limfonodus), Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)
10.  Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma.
11.  Gejala sistem saraf pusatberhubungan dengan bagian sistem yang terkena : kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan belajar



Penatalaksanaan
  • Pengobatan Suportif :
1.      Kalau terjadi perdarahan : lakukan balut dan tekan dengan batu es
2.      Demam      : kompres dan berikan antipiretik ( paracetamol)
3.      Berikan antibiotk bila terjadi ispa atau radang tenggorokan ; broad spectrum (ASA) : sepalosporin contohnya septazidin
4.      Anemia      : Berikan PRC 2 unit untuk meningkatkan Hb sampai ↑ 10 gr/dl
5.      Rujuk ke dokter yang relevan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut missal mendapatkan transfusi trombosit consentrate ( 1 unit akan meningkatkan 9.000-11.000/mm3)
  • Pengobatan spesifik :
Sebelum dilakukan pengobatan sitostatika, sebaiknya dilakukan dahulu beberapa pemeriksaan :
1.      KU
-          Tidak dalam keadaan dehidrasi
-          Jika suhu aksila dan oral ≥380C, periksa CRP dan kultur jaringan, urine serta lesi yang dicurigai
2.      Darah tepi
-          Leukosit  ≥ 2000/mm3
-          Hb  ≥ 5gr/dl
3.      Periksa fungsi hepar
-          SGOT
-          SGPT
4.      Periksa fungsi ginjal
-          Diuresis dengan memperhatika balance cairan
-          Ureum, kreatinin
5.      Fungsi jantung dengan EKG
·         Kemoterapi :
a.       Terapi Induksi
Cytocine arabinase ( Ara-C(A)), dosis 200 mg/m2/iv/drip secara intratecal
Etoposide (E) dosis 150 mg/m2/iv/drip
Daunorobisin (D), dosis 40-60 mg/m2/iv/drip
b.      Terapi post induksi
Terapi konsolidasi : pake obat kemoterapi yg sama dengan terapi induksi (untuk menurunkan kadar sel leukemia serendah mungkin)
Terapi intensif  : Pake Ara-C dosis tinggi atau D, diberi 1 atau 2 kali kadang diikuti transplantasi sumsum tulang autolog atau allogenic
Terapi maintance : pake kemoterapi dosis rendah untuk mencegah supresi sumsum tulang yang terlampau berat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar