Asro Medika

Rabu, 27 Juli 2011

cont,...


Dengan adanya perkembangan yang pesat dari kehidupan umat manusia dari masa primitif ke zaman modem, telah mengubah konsep dari penyebab penyakit. Pada awalnya, penyebab penyakit adalah kondisi-kondisi supranatural yang mempengaruhi kehidupan.. Sekarang ini, konsep penyebab penyakit adalah kondisi yang bersifat sangat multi-faktorial.
Definisi yang adekuat dari sakit belum dapat dinyatakan secara pasti. WHO dapat saja mendefinisikan sehat, akan tetapi tidak untuk sakit. Webster mendefinisikan sakit sebagai

"a discomfort, a condition in which bodily health in seriously attacked, dearrenged or impaired, a departure from a state of health, an alteration of the human body interrupting the performanceof vital function".
Suatu keadaan yang tidak menyenangkan (discomfort) dimana kesehatan tubuh sangat terganggu, mengalami kekacauan atau kelemahan, suatu permulaan perubahan dari keadaan sehat, suatu gangguan daya kerja (performance) dari fungsi-fungsi organ vital tubuh”.

 Kamus Oxford mendefinisikan sakit sebagai " a condition of the body or some part of organ of the body in which its functions are disturbed or deranged'. Suatu kondisi tubuh atau bagian organ-organ tubuh dimana fungsi organ-organ tubuh tersebut terganggu atau mengalami kekacauan.

      Definisi-definisi ini belumlah adekuat, oleh karena tidak ada satupun yang menggambarkan kapan keadaan sakit itu mulai dan kapan keadaan sakit itu berakhir. Sakit bukanlah keadaan yang statis. Berdasarkan onset terjadinya penyakit, penyakit dapat digolongkan dalam jenis onset cepat dan jenis onset lambat. Begitu pula dengan penyembuhannya, penyakit dapat digolongkan dalam jenis cepat dan lambat, dan dapat berakhir dengan sembuh sempurna, sembuh dengan kecacatan, sampai dengan kematian. Dikenal pula bentuk kasus-kasus sub-klinis yang biasanya sulit dikenai. Menentukan status sakit memang lebih mudah bila gejala-gejala dan tanda klinis sudah jelas.

2.2  Sehat Secara Fisik, Mental, Sosial, Rohani
      Bila diperhatikan, definisi-definisi di atas (terutama WHO) memproyeksikan keadaan sehat dalam 3 dimensi pandang yang berbeda, yaitu: fisik, mental, dan sosial, yang kesemuanya sangat berhubungan erat. Sebenarnya, ada satu lagi dimensi tambahan, yaitu: sehat secara spiritual. Sehat secara spiritual ini seringkali disebut sebagai dimensi ke empat.
     
Sehat Secara Fisik
Sehat dalam pengertian fisik merupakan komponen terpenting dari keadaan sehat secara keseluruhan. Tanda-tanda sehat secara fisik pada seorang individu dapat digarnbarkan sebagai sesuatu yang paripurna. Tanda-tanda ini meliputi, antara lain: kulit yang bersih, mata yang jernih, rambut yang rapih, pakaian yang serasi, tubuh yang tidak terlalu gemuk, bernafas yang teratur, memiliki nafsu makan yang balk, tidur yang nyenyak, aktifitas BAB (defekasi) dan BAK yang teratur-nyaman-mudah, gerakan tubuh yang terkoordinasi dengan balk. Keseluruhan organ tubuh berada dalam ukuran sebenarnya dan berada dalam kondisi optimal, serta dapat berfungsi normal. Sehat secara fisik dapat pula diukur dari parameter nilai-nilai normal dari tanda-tanda vital tubuh, misal: denyut nadi pada saat istirahat, tekanan darah, dan body mass indeks.

Sehat Secara Mental

      Sehat secara mental dan sehat secara fisik sangat berhubungan. Hal ini sering dituliskan dalam bentuk semboyan: " di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa 'yang kuat ". “A healthy body is a healthy Mind ”Beberapa atribut yang menggambarkan dan menandai sehat tidaknya mental seseorang dapat dilihat dari gambaran sebagai berikut: Secara mental seseorang harus merasa puas dengan keadaan dirinya. Tidak pemah merasa kecewa dengan keadaan dirinya. Selalu merasa bahagia, senang (ceria), serta tidak pernah merasakan konflik yang berarti di dalam dirinya. Seseorang dikatakan sehat secara mental manakala yang bersangkutan dapat menghadapi dan mencoba menyelesaikan setiap permasalahan yang ada dengan menggunakan rasionya. Sehat secara mental menurut Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, nomor 2805, memuat penjelasan Undang-undang nomor 3 tahun 1960 tentang Kesehatan Jiwa,  dalam pasal 1, adalah sebagai berikut:
"Kesehatan jiwa (mental health) menurut faham ilmu kedokteran pada waktu sekarang adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosionil yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain".

Sehat Secara Sosial
Terdapat perbedaan pendapat mengenai definisi dari sehat secara sosial (social well-being) ini. Secara umum disepakati, bahwa sehat secara sosial berkonotasi dengan kemampuan seseorang untuk membina hubungan keakraban dengan sesama, memiliki
tanggung jawab menurut kapasitas yang dimilikinya, dapat hidup secara efektif dengan sesama, dan menunjukkan perilaku sosial yang penuh perhitungan.

Sehat Secara Rohani

Ada dimensi lain yang sering disebut-sebut pada saat membicarakan keadaan sehat. Dimensi ini disebut sebagai dimensi ke empat, yaitu: sehat secara rohani. Sehat secara rohani ini menyangkut hubungan yang transenden baik secara fisiologis maupun psikologis; berupa rasa "kerohanian" pada diri manusia. Dimensi ini sering terlupakan, dan merupakan kesalahan terbesar dari seorang dokter (zaman ini), yang mencoba memisahkan keadaan jiwa dan fisik seseorang.
     

2.3  Sehat yang Positif (Positive Health)
      Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, definisi sehat WHO meliputi 3 (tiga) dimensi, yaitu: fisik, mental, dan sosial. Bila di dalam diri seseorang terdapat optimalisasi dari 3 (tiga) dimensi ini, maka yang bersangkutan dikatakan dalam keadaan sehat yang positif. Untuk keadaan ini, akan lebih balk bila ditambahkan dimensi ke empat, yaitu: memiliki keadaan spiritual yang baik
      Sehat yang positif menurut WHO ini dapat mengekspresikan secara lengkap kemungkinan potensi genetik yang dimilikinya. Kondisi ini hanya dimungkinkan kalau seseorang dapat hidup secara sehat dengan lingkungannya, sehingga semua potensi genetik yang ada pada seseorang menjadi nampak dalam bentuk fenotip yang optimal. Pemerintah harus menjamin tercapainya keadaan sehat yang positif, mengingat keadaan ini sebagai merupakan modal dasar kehidupan masyarakat.
      Bila pertimbangannya (dalam konteks) bahwa segala dimensi dalam kehidupan selalu berubah, rnaka secara realistis, tercapainya keadaan sehat yang ideal itu hanyalah sebuah impian. Keadaan sehat hanya akan dapat tercapai bila seorang individu atau sekelompok masyarakat dapat mempersiapkan dirinya secara terus menerus untuk menghadapi setiap perubahan dalam hidupnya (termasuk lingkungannya).

2.4  Sehat Sebagai Konsep yang Relatif
      Sekali lagi, tidak ada standar pasti yang mencerminkan keadaan sehat yang sebenarnya. Apa yang dianggap normal pada seseorang, mungkin tidak normal untuk orang lain. Sebagai contoh, rata-rata berat badan bayi yang baru lahir sebesar 2.800 gram pada average country bila dibandingkan dengan rata-rata berat badan bayi yang baru lahir sebesar 3.500 gram pada negara-negara berkembang belum dapat dijadikan perbandingan untuk menyatakan mana yang lebih balk. Contoh lain -pada pemeriksaan fisik, banyak orang normal yang menunjukkan adanya bising jantung, pembesaran tonsil, adanya bayangan pada foto rontgen thoraks, tetapi tidak menunjukkan kelainan secara klinis. Masih banyak contoh lain lagi. Dari ke dua contoh di atas, balk secara kelompok masyarakat maupun secara perorangan, penentuan keadaan sehat ini masih sangat relatif. Sehingga dapat dikatakan sehat merupakan konsep yang relatif, dimana standarnya sangat bervariasi dari orang-perorang, maupun dan negara per negara.

2.5  Sehat Sebagai Suatu Kondisi yang Dinamis (Spektrum Sehat)
      Keadaan kesehatan seseorang merupakan fenomena yang sangat dinamis. Fenomena ini berfluktuasi dengan rentang variasi yang optimum sampai rentang variasi yang ekstrim. Titik terendah yang menggambarkan spektrum sehat adalah keadaan kematian (Gambar 1).
Dari Gambar 1. dapat dijelaskan bahwa titik paling tinggi (sehat yang positif) menggambarkan keadaan sehat sebagaimana yang didefinisikan oleh WHO.
Penggambaran keadaan kesehatan seseorang melalui titik-titik spektum sehat ini lebih realistis. Pada gambar ini kesehatan seseorang selalu bergerak satu arah atau sebaliknya sebagai suatu keadaan yang sangat dinamis. Dengan perkataan lain sehat tidak pemah statis. Apa yang dianggap maksimum hari ini, mungkin akan menjadi minimum pada keesokan harinya.

 Dalam konteks ini kesehatan digambarkan sebagai :
" a flexible state of body and mind which ma be described in terms of a range within which a person may sway from the condition wherein he is at the peak of enjoyment of physical, mental, and emotional experience, having regard to environtment, age, sex, and other biological characteristic due to the operation of internal dan external stimuli and can regain that position without outside aid'.
Melihat konteks ini, Perkins kemudian mencoba memberikan definisikan sehat yang baru, yaitu:

"Health is a state of relative equilibrium of body folcrun and function which result from its succesful dynamic adjusment to forces tending to disturb it. It is not passive interplay between body substance and forces impinging upon it but an active response of body forces working toward adjusment".
Definisi ini jauh melihat ke depan dengan mempertimbangkan sehat sebagai sebuah pendulum yang memiliki rentang (spektrum), dimana pada satu sisi mewakili keadaan minimum, sedang pada sisi lain mewakili keadaan yang maksimum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar