Asro Medika

Sabtu, 02 Juli 2011

--KEHAMILAN EKTOPIK--




R       Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal, yakni dalam endometrium kavum uteri.

R       Epidemiologi
Di Amerika Serikat: 1 dari 241 kehamilan hingga 1 dari 64 kehamilan; 85-90% kasus kehamilan terdapat pada multigravida.

R       Jenis
Berdasarkan lokasinya, KE dibagi menjadi:
a.       Tuba Fallopi (98%)
-          Pars interstitialis
-          Isthmus
-          Ampulla (93%)
-          Infundibulum
-          Fimbriae
b.      Uterus
-          Kanalis servikalis
-          Divertikulum
-          Kornua
-          Tanduk rudimenter
c.       Ovarium
d.      Intraligamenter
e.       Abdominal
-          Primer
-          Sekunder
f.       Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus


Kehamilan Ektopik pada Tuba
R       Etiologi, Patogenesis.
Fisiologià Fertilisasi yakni penyatuan antara ovum dengan sperma yang terjadi di ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan akhirnya berimplantasi di endometrium.
Keadaan pada tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat menjadi predisposisi untuk berimplantasi di luar kavum uteri.

Hal yang menghambat perjalan ovum yang telah dibuahi ke uterus sehingga blastokist mengadakan implantasi di tuba adalah:
-          Riwayat operasi tuba
a.       Perlekatan tuba akibat operasi non-ginekologis seperti appendektomi
b.      Ligasi tuba yang tidak sempurnaàmemungkinkan sperma untuk melewati bagian tuba yang sempità ovum yang telah dibuahi seringkali tidak dapat melewati bagian tersebut.
-          Faktor abnormalitas dari zigot
Pertumbuhan zigot yang abnormalà zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dalam ukuran besarà zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tubaà zigot terhenti dan berimplantasi di saluran tuba.
-          Infeksi pada tuba
Infeksi pada tuba (ex: salpingitis)à tidak diterapi/ diterapi yang kurang sempurnaà lumen tuba menyempit atau buntu akibat proses peradanganàovum yang telah dibuahi terhambat menuju kavum uterià berimplantasi di tuba.
-          Kelainan kongenital
Divertikulum dan saluran tuba yang panjang dan berkelok-kelok kemungkinan menjadi faktor predisposisi KE.
-          Faktor ovarium
Ovarium memproduksi ovumà ditangkap oleh tuba yang kontralateralà membutuhkan proses khusus/ waktu yang lebih panjang à kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar.
-          Faktor hormonal
Pil KB yang hanya mengandung progesteronà dapat mengakibatkan gerakan tuba melambatàapabila ovum dibuahi sperma kemunngkinan terjadi KE.
-          Usia Ibu
Semakin tua usia ibuàdiiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik tubaà pergerakan zigot ke kavum uteri terhambatà kemungkinan terjadi KE.


R       Manifestasi Klinis
-          Amenorrea diikuti perdarahan (biasanya tidak banyak)
-          Mual, muntah
-          Nyeri kiri atau kanan pada perut bagian bawah
-          Pucat, lemas
-          Demam
-          Dll.

R       Penegakan Diagnosis
a.       Anamnesisà sesuai kasus
b.      Pemeriksaan Fisik
-          Pemeriksaan Umum: KU: sedang-berat (syok); Tanda vital (TD < , RR > , HR > , Suhu bisa meningkat apabila disertai oleh infeksi); Konjungtiva palpabrae anemis; hiperpigmentasi mammae.
-          Pemeriksaan Eksternal: Inspeksi abdomen; fundus seringkali tidak teraba; Palpasi ada nyeri tekan; Perkusi adanya tanda cairan dalam rongga abdomen.
-          Pemeriksaan Internal:
1.      Spekulum: portio livide; OUE terbuka dengan darah yang mengalir keluar melalui OUE.
2.      Bimanual: serviks lunak; OUE terbuka; nyeri goyang (+)/ slinger pijn; ukuran uterus umumnya lebih kecil dari usia kehamilan yang sebenarnya; ada massa di daerah adnexa kanan/ kiri.
3.      RT: kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan karena terisi darah.
c.       Pemeriksaan Penunjang
-          Lab: Hb, WBC, urine-bhCG, LED.
-          USG: tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uterus; adanya kantung kehamilan di luar uterus.
-          Laparotomi
-          Kuldosentesis à suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum douglas ada darah atau tidak.

R       Diagnosis Banding (berdasarkan vaginal bleeding)
-          Abortus imminensà tidak ada nyeri goyang.
-          Mola hidatidosaà bHCG jauh lebih tinggi, tidak ada DJJ
-          Infeksi pelvisà uterus tidak membesar.

R       Penatalaksanaan
-          Penatalaksanaan Umum
a.       Optimalisasi keadaan umum ibu: transfusi, infus, oksigen.
b.      Hentikan perdarahan segera dengan laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yg terganggu).
-          Penatalaksanaan Medis
Untuk menterminasi kehamilan dapat digunakan terapi medis sbb:
a.      Methotrexate (MTX)
Untuk kehamilan ektopik belum terganggu.
Dosis tunggal: 50 mg/m2 (IM)
Dosis multiple: 1mg/kgBB (IM) pada hari ke I, III, V, VII
Pada saat pasien mengalami nyeri, beri NSAID.
Setelah terapi berhasil, awasi kadar bhCG tiap minggunya hingga kadarnya <5mIU/mL.
b.      Actinomycin
Actinomycin IV selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien dengan kegagalan terapi sebelumnya dgn MTX.

-          Penatalaksanaan Bedah
2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, y.i:
a.       Pembedahan konservatif
1.      Salpingostomi
Mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter < 2 cm dan berlokasi di 1/3 distal tuba fallopi
2.      Salpingotomi
Sama seperti salpingostomi namun insisi dijahit kembali.
b.      Pembedahan radikal
è Salpingektomi
Indikasi: KET, pasien tidak menginginkan infertilitas pasca operasi, terjadi kegagalan sterilisasi, telah dilakukan rekonstruksi tuba sebelumnya, perdarahan berlanjut pasca salpingotomi, kehamilan tuba berulang, massa gestasi berdiameter > 5 cm.

^Jika terjadi syok atau tidak stabil à jgn lakukan pembedahan per laparoskopi.

R       Prognosisà tergantung kasus.

R       Komplikasi:
-          Syok hipovelemik
-          Infeksi
-          Disseminated intravascular coagulation (DIC)
-          Infertilitas
-          Kematian ibu dan janin.

Penjelasan singkat mengenai KE pada lokasi lainnya:
a.       Kehamilan servikal
-          Jarang
-          Biasanya terjadi abortus spontan yang didahului perdarahan yang makin lama makin banyak
-          Kehamilan jarang berlangsung >20 minggu
-          Jika terjadi perdarahan yang banyakà lakukan tindakan berupa kuretase kavum uteri dan kanalis servikalis.

b.      Kehamilan dalam divertikulum uterus
-          Jarang dan diagnosis umumnya sulit untuk ditegakkan
-          KE jenis ini dapat rupture ke luar uterus atau terjadi abortus
-          Kadang kehamilan dapat terus berlanjut dan memerlukan laparotomi untuk melahirkan janin lalu diikuti dgn histerektomi.

c.       Kehamilan Ovarial
-          Jarang
-          Terjadi jika spermatozoa memasuki folikel de Graaf yang baru pecah dan menyatukan diri dengan ovum yang masih berada di dalam folikel.
-          Nasib kehamilan ini adalah ovum yang dibuahi mati atau terjadi rupture
-          Syarat untuk menegakkan diagnosis kehamilan ovarial (spielberg)
-          Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas, dan terpisah dari ovarium
-          Kantong janin harus berhubungan dengan uterus lewat lig. Ovarii propium.
-          Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong janin.

d.      Kehamilan intra dan ekstrauterin
-          Kombinasi kehamilan intrauterine dan kehamilan tuba terjadi sekitar 1:6000 kehamilan.
-          Biasanya terjadi pada kehamilan kembar

e.       Kehamilan abdominal
-          Primer
è Jika ovum dan spermatozoa bertemu dan bersatu di dalam satu tempat pada peritoneum dalam rongga perut dan juga berimplantasi pada tempat tersebut.
è Karena syarat-syarat untuk berimplantasi kurang baik, kehamilan akan berhenti dan zigot akan mati disertai dengan perdarahan.
-          Sekunder
è Kehamilan tuba dimana zigot akan keluar ke rongga peritoneum melalui ostium abdominalis atau sobekan pada dinding tuba.
-          Kantong janin terletak di dalam rongga peritoneum
-          Plasenta berinsersi di luar tuba pada dinding belakang uterus (pada lig. Latum atau pada dinding panggul).
-          Dapat terjadi perlekatan kantong janin dengan usus dan omentum
-          Karena kantong janin tipisà gerakan janin akan menimbulkan nyeri yg cukup kuat pada penderita.
-          Jika janin telah mati, tidak selalu terjadi resorbsi seluruh janin, namun terjadi kalsifikasi janin (lithopedion).
f.        
g.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar