Asro Medika

Sabtu, 02 Juli 2011

-Dismenorrea-

A.    Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Perempuan

-          Ovariumà tersusun atas korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam. Korteks mengandung folikel ovarian—unit fungsional ovarium, sedangkan medulla mengandung pembuluh darah dan limfatik, serabut syaraf, sel-sel otot polos, dan sel-sel jaringan ikat.
-          Tuba Uterinaà menerima dan mentranspor oosit ke uterus setelah ovulasi.
Tuba Uterina terbagi atas bagian infundibulum, ampula, isthmus. Fertilisasi biasanya terjadi di 1/3 bagian atas tuba uterina.
-          Uterusà organ tunggal muskular dan berongga. Bagian luar terdiri dari serosa (perimetrium), bagian tengah miometrium (lapisan otot polos), dan bagian terdalam endometrium.
Endometrium terdiri atas dua lapis yaitu lapisan superfisial (stratum fungsional) dan lapisan basal (stratum basalis).
-          Vaginaà merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual.
-          Genitalia eksterna: vagina (pudendum).

B.     Siklus Haid

-          Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan/ deskuamasi endometrium.
-          Teori Neurohormonal:

C.     Definisi

Dismenorrea merupakan nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam bahkan berhari-hari.

D.    Klasifikasi

-          Dismenorrea primerà nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat nyeri yang timbul adalah kejang yang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri itu dapat timbul mual dan muntah.
-          Dismenorrea sekunder à disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis serviks uterina, dll).

E.     Etiologi, Patogenesisà belum jelas. Namun beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorrea primer, antara lain:

R       Faktor Hormon
Hormon estrogenàmerangsang kontraktilitas uterus ++ à dismenorrea (Novak & Reynolds)
Namun, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.

Endometrium pada fase sekresi memproduksi prostaglandin F2à dilepaskan dalam jumlah yang banyak di dalam darahà terjadi kontraksi otot-otot polosà dismenorrea +diarea, mual, muntah. (Clitheroe dan Pickles).

Korpus luteum menghasilkan progesteron >> à endometrium menjadi desidua yang tebal à sukar dihancurkan à kontraksi uterus yang meningkat sebagai usaha untuk melepaskan lapisan endometriumà dismenorrea.

R       Faktor kejiwaan
Pada perempuan dengan emosi yang tak stabil.

R       Faktor obstruksi kanalis servikalis
Pada perempuan dgn uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi obstruksi kanalis servikalis yang dapat menyebabkan dismenorrea, akan tetapi sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorrea. Banyak wanita menderita dismenorrea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam keadaan hiperantefleksi serta terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorrea walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi.
Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorrea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha mengeluarkan kelainan tsb.

R       Faktor alergi.
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorrea dengan urtikaria, migraine, atau asma bronkhiale.

F.      Manifestasi Klinis
Adapun Gejala Dismenorrea (nyeri menstruasi) yakni dapat menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Gejala utama adalah nyeri dismenore terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga sering dirasakan di perut kanan atau kiri. Hal itu dapat memancarkan ke paha dan punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan.
Tanda dan gejala pada dismenore sekunder dan nyeri pelvis dapat beragam dan banyak. Umumnya gejala tersebut sesuai dengan penyebabnya. Keluhan yang biasa muncul adalah gejala pada gastrointestinal, kesulitan berkemih, dan masalah pada punggung. Keluhan menstruasi berat yang disertai nyeri menandakan adanya perubahan kondisi uterus seperti adenomyosis, myomas, atau polip. Keluhan nyeri pelvis yang berat atau perubahan kontur abdomen meningkatkan neoplasi intra-abdominal. Demam, menggigil, dan malaise menandakan adanya proses inflamasi. Keluhan yang menyertai infertilitas menandakan kemungkinan terjadinya endometriosis.

G.    Penegakan Diagnosis

-          Anamnesis:
a.       Keluhan utama? (nyeri saat haid)
b.      Sejak kapan? Kualitas nyeri? (terbakar, seperti tertusuk jarum)?
c.       Apakah nyeri menjalar? Kemana?
d.      Keluhan tambahan? (demam, mual, muntah, sakit kepala)
e.       Riwayat penyakit lain? (ex: asma bronkhiale, dll).
f.       Siklus haid teratur atau tidak?
g.      Riwayat pengobatan?
h.      Riwayat pemakaian kontrasepsi?
i.        Riwayat penyakit dalam keluarga?
j.        Dll.

-          Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umumnya akan memberikan petunjuk untuk penegakan diagnosis atau diagnosis itu sendiri pada pasien yang memiliki keluhan dismenore atau nyeri pelvis yang sifatnya kronis. Adanya pembesaran uterus yang asimetris atau tidak teratur menandakan suatu myoma atau tumor lainnya. Pembesaran uterus yang simetris kadang muncul pada kasus adenomyosis dan kadang terjadi pada kasus polyps intrauterin. Adanya nodul yang menyebabkan rasa nyeri pada bagian posterior dan keterbatasan gerakan uterus menandakan endometriosis. Gerakan uterus yang terbatas juga ditemukan pada kasus luka pelvis akibat adhesion atau inflamasi. Proses inflamasi kadang menyebabkan penebalan struktur adnexal. Penebalan ini terlihat jelas pada pemeriksaan fisik. Namun, pada beberapa kasus nyeri pelvis, pemeriksaan laparoskopi pada organ pelvis tetap dibutuhkan untuk melengkapi proses diagnosa (Smith, 2003).

-          Pemeriksaan Laboratorium dan USG
Tes laboratorium pada pasien dismenore sekunder atau nyeri pelvis kronis sangat terbatas. Hitung jenis darah dapat membantu mengevaluasi akibat adanya pendarahan yang terus menerus. Laju enap darah dapat membantu mengidentifikasi adanya proses inflamasi, namun tidak spesifik. Tes radiologi umumnya terbatas untuk etiologi yang tidak berhubungan dengan gynecology, seperti pemeriksaan pada saluran pencernaan dan saluran kemih. Tes ultrasonografi pada pelvis memberikan manfaat yang besar karena memberikan gambaran adanya myoma, tumor adnexal atau tumor lainnya, dan lokasi pemakaian IUD(Smith, 2003).

H.    Penatalaksanaan
Penerangan dan nasihat,Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorrea adalah gangguan yang tiadak berbahaya untuk kesehatan.hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan.nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup , dan olahraga mungkin berguna.kadang- kadang diperlukan psikoterapi.
Pemberian obat analgesik, Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat,diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin,fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
Terapi hormonal, Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorrea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontarasepsi.
Terapi denagn obat nonsteroid antiprostagladin, Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorrea primer. Termasuk di sini indometasin,ibuprofen, dan naproksen;dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai;1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada  hari pertama haid
Dilatasi kanalis servikalis, dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neuorektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) di tambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal.
n.b. Untuk Dismenorrea sekunder, tergantung keadaan patologis ginekologi.

I.       Komplikasi

-          Jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan atau terlupakan, maka patologi yang mendasari (underlying pathology) dapat memicu kenaikan morbidity (angka kematian), termasuk sterility (kemandulan).
-          Isolasi sosial dan/atau depresi.



2 komentar:

  1. Nice information....
    Very useable....
    visit me back on http://lanieskingdom.blogspot.com/
    ^^
    salam kenal

    BalasHapus