Asro Medika

Rabu, 27 Juli 2011

SKENARIO


SKENARIO
            Setelah melakukan “Rakorbang” di Kecamatan Melati, dr. Indah mengadakan pertemuan di Puskesmas Putih-putih yang dipimpinnya sejak 3 tahun terakhir ini. Pertemuan di Puskesmas ini dikhususkan utnuk membahas keluhan camat pimpinan wilayah kecamatan Melati tentang banyakknya warga yang terkena Demam Berdarah Dengue, bahkan 2 hari yang lalu telah ada warga yang meninggal dunia di RSUD karena DBD ini. Dr. Indah yang merasa telah melakukan tugas dengan baik, tidak pernah absen, dan semua pasien yang dtang dilayani sendiri bersama 2 dokter lainnya di puskesmas putih-putih tersebut, sangat tidak menerima “teguran” dari Camat Melati yang mengesankan dia tidak bekerja dengan baik sehingga DBD bisa menjadi endemic di wilayah kerja Puskesmasnya.
            Dr. Indah merasa telah menjaga nama baik fungsi Puskesmas Putih-putih, mulai dari obat-obatan, alat-alat kesehatan, dan laboratorium canggih pun sudah disiapkan. Dr. Indah pun telah mengajukan penambahan staf medis untuk emmbantu melayani warganya yang semakin lama semakin banyak yang berobat di Puskesmas Putih-putih tersebut.
            Tidak pernah terpikirkan oleh dr. Indah sebagai penanggung jawab kesehatan pada wilayah Puskesmasnya tentnag pentingnya upaya kesehatan secara keseluruhan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative) serta konsep pendidikan kesehatan dalam mempercepat penurunan mortalitas dan morbiditas DBD di Kecamatan Melati tersebut. Dr. Indah pun lupa bahwa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan faktor si luar perilaku (non behavior causes). Dan dr. Indah pun lupa bahwa dia diharapkan bukan hanya sebagai dokter pelayan kesehatan yang mampu mengobati penyakit tapi juga sebagai “Dokter Masa Depan – 5 star doctor” yang harus memiliki keahlian sebagai Care Provider, Decision Maker, Communicator, Community Leader, Manager.



I.              KLARIFIKASI ISTILAH
1.        Rakorbang                          : Rapat koordinasi pembangunan
2.        Demam Berdarah Dengue  : Penyakit virus di daerah tropis dengan infeksi, erupsi, demam, ditularkan oleh nyamuk Aedes, dan ditandai dengan nyeri hebat pada kepala, mata, otot, dan sendi, sakit tenggorokan serta kadang-kadang disertai erupsi kulit.
3.        Endemic                             : Penyakit yang selalu ada di dalam komunitas tertentu.
4.        Promotif                             : Promosi kesehatan
5.        Preventif                             : Bersifat mencegah
6.        Kuratif                                : Bersifat mengobati
7.        Rehabilitatif                        : Tahap pemulihan dari kondisi sakit
8.        Mortalitas                           : Angka kematian
9.        Morbiditas                          : Angka Kesakitan
10.    Five star doctor                  : dokter bintang lima menurut kriteria WHO

II.           IDENTIFIKASI MASALAH
1.        dr. Indah dianggap tidak professional sebagai pimpinan puskesmas.

III.        ANALISIS MASALAH
1.        Apa peran dan fungsi pimpinan puskesmas?
2.        Apa peran dan fungsi dokter puskesmas?
3.        Bagaimana standar pelayanan puskesmas?
4.        Mengapa terjadi kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue? Bagaimana mengatasinya?
5.        Bagaimana siklus hidup nyamuk vektor DBD?
6.        Bagaimana hubungan konsep pendidikan kesehatan dengan derajat kesehatan masyarakat?
7.        Apa saja faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?


IV.        HIPOTESIS
Derajat kesehatan masyarakat (tingginya angka kejadian DBD) dipengaruhi oleh profesionalitas seluruh jajaran dan pimpinan puskesmas.

V.           SINTESIS

1.    Puskesmas
Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di datu atau sebagian wilayah kecamatan.
Visi:
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat 2010.
Misi:
-            Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
-            Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
-            Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
-            Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.
Tujuan:
Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
Fungsi:
a.         Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
-            Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
-            Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
-            Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
b.        Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat:
-            Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
-            Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.
-            Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
c.         Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
-            Pelayanan kesehatan perorangan
-            Pelayanan kesehatan masyarakat
Upaya Kesehatan
Puskesmas bertangung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat. Ada 2 Upaya :
a.         Upaya kesehatan Wajib
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmern nasional,regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia, meliputi:
-            Upaya Promosi Kesehatan
-            Upaya Kesehatan Lingkungan
-            Upaya Kesehatan Ibu & Anak Serta Kb
-            Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
-            Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
-            Upaya Pengobatan
b.        Upaya Kesehatan Pengembangan
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan ini meliputi:
-            UpayaKesehatanSekolah
-            UpayaKesehatanOlahraga
-            UpayaKesehatanKesehatanMasyarakat
-            UpayaKesehatanKerja
-            UpayaKesehatanGigidanMulut
-            UpayaKesehatanJiwa
-            UpayaKesehatanMata
-            UpayaKesehatanusialanjut
-            UpayaPembinaanPengobatanTradisional
Asas Pengelolaan
-            Asas pertanggungjawaban wilayah
Artinya, puskesmas bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.
-            Asas peran serta masyarakat
Artinya, puskesmas berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerjanya.
-            Asas keterpaduan
§  lintas program
§  lintas sektoral
-            Asas rujukan
§  rujukan medis
§  rujukan kesehatan masyarakat
Stuktur Organisasi Puskesmas
-            Kepala Puskesmas
-            Unit Tata Usaha
-            Unit Pelaksana Teknis Fungsional
§  Upaya Kesehatan Masyarakat
§  Upaya Kesehatan perorangan
-            Jaringan Pelayanan
§  Puskesmas pembantu
§  Puskesmas Keliling
§  Bidan di Desa/Komunitas

Fungsi Petugas Puskesmas
1. Petugas Medis :
a.    Dokter Umum : Melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu, posyandu.
b. Dokter Gigi :Melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel, pustu.
c. Dokter Spesialis
Khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga adakunjungan dokter spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.
2. Petugas Para Medis :
a. Bidan : Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan kebidanan.
b. Perawat Umum : Pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan keperawatan umum.
c. Perawat Gigi : Pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan keperawatan gigi.
d. Perawat Gizi: Pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi masyarakat.
e. Sanitarian : Pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi lainnya.
f. Sarjana Farmasi: Pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan.
g. Sarjana Kesehatan Masyarakat :Pelayanan administrasi, penyuluhan, pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.

3. Petugas Non Medis :
a. Administrasi :Pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas.
b. Petugas Dapur :Menyiapkan menu masakan dan makanan pasien puskesmas perawatan.
c. Petugas Kebersihan: Melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan lingkungan puskesmas.
d. Petugas Keamanan: Menjaga keamanan pelayanan khususnya ruangan rawat inap.
e. Sopir: Mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskesmas keliling di luar gedung puskesmas.

Peran Dan Fungsi Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas  merupakan seorang dokter atau sarjana bidang Kesehatan.
Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wi1ayah kerjanya.
Peranan Kepala Puskesmas
a.         Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter.
b.         Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Manajer
-            Organisasi Tatalaksana
-            Bimbingan Teknis dan Supervisi
-            Hubungan Kerja antar Instansi Tingkat Kecamatan
-            Dokter puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah kerjanya.
c.         Dokter kepala puskesmas sebagai tenaga ahli pendamping camat

Tugas Kepala Puskesmas:
a.         Membuat perencanaan puskesmas
Menganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.
b.         Mengatur pelayanan puskesmas
Menata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas
c.         Menggerakkan pegawai puskesmas
Mendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakat
d.        Mengevaluasi kinerja puskesmas
Menelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas.
e.         Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
Menjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya, khususnya diwilayah kerja puskesmas

Peranan Dokter di Puskesmas
Tugas Pokok
Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik dan dapat memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Fungsi
-            Sebagai seorang dokter
-            Sebagai seorang manajer
Kegiatan Pokok
-            Melaksanakan Fungsi Manajerial
-            Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita. Menerima rujukan dan konsultasi.
-            Mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD
Kegiatan Lain: Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas
Tabel 1 Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas

Lima tugas utama seorang manajer atau kepala puskesmas, untuk menjalankan prinsip manajemen puskesmas berikut ini:
1.      Membuat perencanaan Puskesmas :menganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.
2.      Mengatur pelayanan Puskesmas : menata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas
3.      Menggerakkan pegawai Puskesmas : mendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakat
4.      Mengevaluasi kinerja Puskesmas :menelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas.
5.      Menggalang kerjasasam pelayanan Puskesmas: menjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya, khususnya diwilayah kerja puskesmas
Five star doctor
WHO menerapkan batasan bahwa dokter masa depan wajib memenuhi criteria sebagai berikut:
a.         Care Provider
Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:
-            Memperlakukan pasien secara holistic
-            Memandang individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas
-            Memberikan pelayanan yangbermutu, menyeluruh, berkelanjutan, dan manusiawi
-            Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya
b.         Decision Maker
Seorang dokter diharapkan memiliki:
-            Kemampuan memilih teknologi
-            Penerapan teknologi penunjang secara etik
-            Cost effectiveness
c.         Communicator
Seorang dokter dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:
-            Mampu mempromosikan gaya hidup sehat
-            Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif
-            Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat
d.         Community leader
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya:
-            Dapat menempatkan diri sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat
-            Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat
-            Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat
e.         Manager
Dalam manajerial, seorang dokter hendaknya:
-            Mampu bekerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas.
-            Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat dan berhasil guna.
Standar layanan puskesmas
KONSEP DASAR: SE MENDAGRI NO. 100/756/OTODA
Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
SPM adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewajiban daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar  kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark)

2.        KLB DBD
a.    Definisi KLB
KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1.      Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
2.      Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3.      Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4.      Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

b.    Mengapa terjadi KLB DBD ?
KLB DBD dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara host, agen, dan lingkungan. Faktor agen yaitu virus dengue dan nyamuk Ae.aetypti , dipengaruhi faktor lingkungan yang padat, banyak tempat penampungan air yang terbuka, dan faktor musim pancaroba yang menyebabkan vektor nyamuk dapat banyak berkembang biak, serta faktor host yang kurang menjaga kebersihan lingkungan dan pencegahan terhadap DBD serta imunitas yang rendah.

c.         Tempat perindukan nyamuk
Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perindukan tersebut berupa:
a.       Tempat perindukan buatan manusia, seperti: tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan/pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan
b.      Tempat perindukan alamiah seperti kelopak daun tanaman (keladi, pisang), tempurung kelapa, tonggak bambu, dan lubang pohon yang berisi air hujan.
Selain itu, tempat istirahat Aedes Aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakain, sarung, dan lain-lain.
d.        Siklus kehidupan Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk betina meletakkan telurnya diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya → seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur → setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali → tumbuh menjadi pupa→ akhirnya menjadi dewasa.
Telur kering dapat tahan 6 bulan.
Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari
Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Diantara telur nyamuk yang menetas, hanya nyamuk betina saja yang dapat menjadi perantara pembawa  virus Dengue . Sedangkan umur nyamuk betina tersebut 2-3 bulan.
Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari).
Apabila terdapat tetangga Anda yang menderita DBD dan lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah Anda, maka perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan terbang maksimal sejauh 100 m.
Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Penghisapan darah dilakukan dari pagi sampi petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00).
Walaupun nyamuk ini berumur pendek yaitu kira-kira sepuluh hari tetapi dapat menularkan virus dengue yang masa inkubasinya antara 3-10 hari.
Siklus hidup penyebaran virus Dengue dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dengue menggigit manusia
2. Virus berkembang pada jaringan dekat titik inokulasi atau Lymph node
3. Virus keluar dari jaringan ini dan menyebar melalui darah untuk menginfeksi sel-sel darah putih
4. Virus keluar dari sel darah putih dan bersirkulasi di darah
5. Nyamuk lain menggigit dan tertular
6. Virus berkembang di perut nyamuk
7. Virus berkembang di kelenjar ludah
8. Sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel yang terinfeksi
Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti
Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes Aegypti secara efektif diperlukan pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah, istirahat dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai Pemberantasan Sarang Nyamuk dan jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang tepat.
A. Perilaku mencari darah
1.      Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
2.      Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali
3.      Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00
4.      Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari satu orang
5.      Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter
6.      Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.


B. Perilaku istirahat
ü  Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur.
ü  Tempat istirahat yang disukai :
1.      Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
2.      Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai
3.            Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah

C. Perilaku berkembang biak
ü  Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti :
1.      Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali
2.      Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
ü  Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air.
ü  Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.
ü  Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan .
ü  Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air.
ü  Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.
ü    Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1– 2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru.

e.    Bagaimana cara mengatasi DBD?
Ø             Kuratif


Ø             Promotif dan preventif
Pengendalian spesies nyamuk ini dilakukan dengan berbagai cara:
a.       Perlindungan perseorangan untuk mencegah terjadinya gigitan  Aedes aegypti yaitu dengan memasang kawat kasa di lubang-lubang angin di atas jendela atau pintu, tidur dengan kelambu, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida dan penggunaan repellent pada saat berkebun
b.      Pembuangan atau penguburan benda-benda di pekarangan atau di kebun yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, botol, ban mobil, dan tempat-tempat lain yang menjadi tempat perindukan Ae.aegypti (man made breeding places)
c.       Mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air secara teratur tiap minggu sekali, pot bunga, tempayan dan bak mandi
d.      Pemberian abate ke dalam tempat penampungan air/penyimpanan air bersih (abatisasi)
e.       Melakukan fogging dengan malathion setidak-tidaknya 2 kali dengan jarak waktu 10 hari di daerah yang terkena wabah di daerah endemi DHF
f.       Pendidikan kesehatan masyarakat melalui ceramah agar rakyat dapat memelihara kebersihan lingkungan dan turut secara perseorangan memusnahkan tempat-tempat perlindungan Ae.aaegypti di sekitar rumah.
Sehingga dari itu cara yang untuk menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti adalah melalui cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni melalui 3 M, yakni :
  1. Menutup TPA
  2. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus
  3. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA
Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara terefektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk). PSJN merupakan cara paling ‘mujarab’ untuk menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup nyamuk. Dan upaya dalam menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara diantaranya adalah melalui :
  1. Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik (Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan
  2. Ikanisasi
  3. Abatesasi (temephos)
  4. Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar
Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD melalui fogging atau penyemprotan. Ketika dilakukan fogging, nyamuk dewasa akan mati bila terkena asap fogging  tersebut tetapi telur, larva atau jentik yang ada di dalam air tidak mati. Sehingga kalau suatu ketika dilakukan fogging  maka nyamuk bisa jadi akan mati semua ( dengan syarat fogging  dilakukan dengan benar) tetapi selang 1 – 10 hari kemudian akan muncul nyamuk Aides aegyti yang baru dari hasil menetasnya telur-telur  tadi.
Dari penjelasan di atas mestinya sudah bisa diambil kesimpulan bahwa penanggulangan demam berdarah dengan cara fogging  memang tidak effektif apabila tidak diikuti dengan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau dengan ABATISASI. Selain tidak begitu effektif penanggulangan dengan cara ini juga membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karenanya fogging  tidak perlu dilakukan kalau memang tidak sangat mendesak.
Berdasarkan alasan inilah Dinas Kesehatan memberlakukan persyaratan khusus untuk wilayah yang akan dilakukan fogging.  Persyaratan tersebut antara lain; sebelum dilakukan fogging masyarakat sekitar harus dilakukan penyuluhan dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Penyelidikan epidemilogi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/ bangunan sekitarnya. Termasuk tempat-tempat umum di dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter. Tindaklanjut hasil PE tersebut bila ditemukan penderita DBD lainya ( 1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik (>5%)  dari rumah/ bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, Larvasidasi, Penyuluhan dan pengasapan (Fogging) dengan insektisida di rumah penderita DBD dan rumah/ bangunan sekitar dengan radius 200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu. Apabila tidak ditemukan jentik maka yang dilakukan hanya PSN DBD, Larvasidasi dan penyuluhan.
Pemahaman ini harus tertanam di masyarakat, sehingga tidak salah langkah dalam melakukan tindakan menanggulangi penyakit yang sudah banyak memakan korban ini. Satu hal yang perlu ditekankan berulang kali adalah mencegah lebih baik dari pada mengobati, cara mencegah yang benar adalah gaya hidup bersih dan sehat dengan PSN teratur di rumah masing-masing. Cara inilah yang paling effektif menanggulangi DBD bukan dengan melakukan Fogging.
f.         Apakah alat fogging ada?
Jika alat fogging di Puskesmas tidak ada maka untuk pemberantasan nyamuk pun tidak bisa walaupun peralatan lain yang ada di Puskesmas sudah canggih, sehingga perlu diusulkan untuk menyediakan alat fogging apalagi daerah itu adalah daerah endemik DBD.

3.    Hubungan konsep pendidikan kesehatan dengan derajat kesehatan masyarakat
a.   Definisi Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan.
Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan:
a.       input adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik  (pelaku pendidkan)
b.      proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
c.       output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

b.   Definisi Pendidikan Kesehatan
pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil atau output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
Perubahan perilaku yang belum kondusif ke perilaku kondusif mengandung hal-hal berikut ini:
1.      perubahan perilaku
Perubahan perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan perilaku kesehatan, atau dari perilaku negatif menjadi perilaku yang positif.
2.      pembinaan perilaku
Pembinaan disini terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan, artinya masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan.
3.      pengembangan perilaku
Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat pada anak seyogyanya dimulai sedini mungkin, karena kebiasaan perawatan terhadap anak termasuk kesehatan yang diberikan oleh orang tua akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak selanjutnya.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Secara konsep, pendidikan kesehatan adalah upaya yang mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain, baik individu, kelompok masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat.
2.      Secara operasional, pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Sesuai dengan tiga faktor penyebab terbentuknya perilaku tersebut diatas (Green 1980), maka seyogyanya kegiatan pendidikan kesehatan juga ditujukan kepada tiga faktor berikut:
a.       pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk mengubah kesadaran dari memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan baik bagi dirinya sendiri,keluarganya, maupun masyarakatnya. Di samping itu dalam konteks ini pendidkan kesehatan juga memberikan pengertian-pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk pendidikan ini antara lain: penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dsb.
b.      Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor “enabling
Karena faktor-faktor pemungkin (enabling) ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Hal ini bukan berarti memberikan sarana dan prasarana kesehatan dengan cuma-cuma, tetapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan tekhnik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Pemberian fasilitas ini dimungkinkan hanya sebagai percontohan (pilot project). Prinsip pendidikan kesehatan dalam kondisi seperti ini adalah “give a man to fish, but not give man a fish” (memberikan pancingnya untuk memperoleh ikan, bukan memberikan ikannya). Bentuk pendidikan yang sesuai dengan prinsip ini antara lain: pengembangan dan pengorganisasian masyarakat (PPM), upaya peningkatan pendapatan keluarga (income generating), bimbingan koperasi dan sebagainya yang memungkinkan tersedianya polindes, pos obat desa, dana sehat, dsb
c.       pendidikan kesehatan dalam faktor “reinforcing” karena faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama serta petugas termasuk petugas kesehatan maka pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri. Tujuan utama pelatihan ini adalah agar sikap dan perilaku dapat menjadi teladan, contoh, acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat). Di samping itu upaya-upaya agar pemerintah, baik pusat maupun daerah (propinsi,kabupaten, kecamatan, kelurahan) mengeluarkan undang-undang atau peraturan yang dapat menunjang perilaku hidup sehat bagi masyarakat.
d.    Upaya Kesehatan Pendidikan
Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan pendidikan ini, baik dinegara maju maupun negara berkembang mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor pendukungnya (enabling faktor). Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek (practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terutama dinegara-negara berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana-prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Misalnya : meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan (misalnya : sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya, maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Agar maksud dan tujuan dari pendidikan kesehatan dapat tercapai maka pendidikan kesehatan harus mencakup upaya perubahan perilaku individu dan masyarakat serta  perubahan perilaku lingkungan (fisik dan sosial budaya, politik, ekonomi dan sebagainya ) sebagai penunjang atau pendukung perubahan perilaku tersebut.
Sebagai perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan secara oganisasi struktural, maka pada tahun 1984, Divisi promosi dan pendidikan kesehatan (Division on Health Promotion and Education). Sekitar 16 tahun kemudian, yakni awal tahun 2000 Departemen Kesehatan RI baru dapat menyesuaikan konsep WHO ini dengan mengubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Mayarakat (PKM) menjadi direktorat Promosi kesehatan, dan sekarang berubah menjadi Pusat Promosi Kesehatan.    Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku.
Oleh karena itu, perilaku (50% memepengaruhi status kesehatan seseorang) seseorang atau masyarakat tentang  kesehatan, salah satunya ditentukan oleh pengetahuan dan sikap dari seseorang atau masyarakat yang bersangkutan. Dengan pendidikan kesehatan, diharapkan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat sehingga akan merubah prilaku mereka untuk hidup sehat.
4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
J.E. PARK:
  1. Keadaan biologis manusia itu sendiri
  2. L ingkungan
  3. Pandangan Hidup
  4. Status Ekonomi
  5. Pelayanan Kesehatan
Keadaan biologis
Sangat ditentukan oleh kondisi genetik yang dihasilkan pada saat konsepsi (bersatunya sifat genetik dari kedua orang tua). Kondisi genetik ini, secara konservatif, tidak akan dapat dirubah lagi setelah periode konsepsi dilalui.
Lingkungan
1.        Lingkungan internal
Keseluruhan komponen, jaringan, organ dan sistem organ, dengan segala kondisinya yang harmonis. Terdapat sistem tatanan yang mengatur secara dinamis agar setiap keadaan menjadi seimbang secara fisiologis. Kondisi ini dikenal sebagai keadaan keseimbangan fisiologis yang homeostatis.
2.         Lingkungan external
Sekumpulan dan semua kondisi ekstemal yang melingkupi segala aspek perkembangan dan kehidupan manusia. Tidak ada keraguan sedikitpun yang menyatakan bahwa lingkungan eksternal ini memainkan peran yang penting untuk terjadinya keadaan sehat-sakit.
Pandangan Hidup  
Kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan pengetahuan akan hidup sehat, meliputi semua factor faktor perseorangan dapat yang mempengaruhi kondisi kesehatan.
Setiap kondisi yang merusak keadaan ini, akan menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan individu.
Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kesehatan masyarakat. Negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita yang rendah, biasanya akan diikuti dengan tingginya angka kematian, khususnya kematian anak. Terdapat korelasi yang erat antara pendapatan per kapita sebuah negara dengan kalori per hari, dan angka kematian bayi . ini masih harus dibandingkan dengan hasil diskusi para ahli kesehatan Amerika.
Pelayanan Kesehatan  
Tindakan medis dan pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi angka prevalensi dan angka insidensi penyakit-penyakit tertentu.
Melalui pelayanan kesehatan pada seluruh lapisan individu dan masyarakat maka proteksi dan promosi kesehatan dapat dijalankan.
Ladonde & H. Blum:
  1.  Perilaku (50%)
  2.  Lingkungan (20%)
  3.  Genetik (20%)
  4.  Pelayanan Kesehatan (10%)

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor – faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan , baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat penting di dalam upaya merubah perilaku adalah dengan melakukan kegiatan pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan penyuluhan. Sejauh mana kegiatan tersebut bisa merubah perilaku masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor lain yang ikut berperan dan saling berkaitan dalam proses perubahan perilaku itu sendiri.
Bentuk Perilaku
Secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme terhadap rangsangan tertentu dari luar subyek. Respon
ini berbentuk dua macam yaitu :
1.       Bentuk pasif atau covert behaviour adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, sikap atau pengetahuan. Misalnya seorang ibu yang tahu bahwa membawa anak untuk diimunisasi dapat mencegah penyakit tertentu akan tetapi dia tidak membawa anaknya ke puskesmas atau posyandu.
2.      Bentuk aktif atau overt behaviour , apabila perilaku ini jelas bisa dilihat. Misalnya pada contoh di atas si ibu membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk diimunisasi.
Faktor Penentu ( Determinan ) Perilaku
Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor. Menurut Lawrence Green ( 1980 )
kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya
perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1.      Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan lain sebagainya
2.      Faktor pendukung ( enabling factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
3.      Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi ( predisposing factor ),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factor ). Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor ekstern ( dari luar individu ) yang saling memperkuat . Maka sudah selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus memperhatikan faktor – faktor tersebut di atas.
Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian:
1.       Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2.      Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3.      Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Daftar pustaka

Djakaria, S. 2006. Vektor Penyakit Virus, Riketsia, Spiroketa, dan Bakteri. Dalam : Gandalhusada, Srisasi,. Herry D. Ilahude,. Wita Pribadi. (Editor). Parasitologi Kedokteran. Halaman 235-237. Gaya Baru, Jakarta, Indonesia.
Soedarto. 2004. Sinopsis Virologi Kedokteran. Surabaya : Airlangga University Press.
hukum.jogjakota.go.id/upload/3%201999.doc 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar