Asro Medika

Rabu, 16 November 2011

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1.   Faktor heredokonstitusionil
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
1.      Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
2.      Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
3.      Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
4.      Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.
2.   Faktor Lingkungan
a.   Faktor prenatal.
  1. Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all.
  2. Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
  3. Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
  4. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal.
  5. Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
  6. Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
  7. Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
  8. Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
b.   Faktor pascanatal.
  1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif), Seperti bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
  2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
  3. Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Jelas dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
  4. Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
  5. Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologi dan lain-lain.
Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
a.   Hormon pertumbuhan (hormone somatotropik atau somatotropin). Hormone ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormone ini menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti pertumbuhan sel-sel tulang dan sel-sel otot awal. Selain itu hormone pertumbuhan juga meningkatkan pertumbuhan struktur rangka. Keadaan ini dihasilkan dari berbagai efek hormone pertumbuhan pada tulang yang meliputi peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang menyebabkan pertumbuhan tulang, juga meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel-sel ini dan efek khusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, jadi menyebabkan timbunan khusus tulang yang baru.
b.   Hormone tiroid. Efek hormone ini yaitu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir. Bila janin tidak dapat mensekresi hormone tiroid dalam jumlah cukup maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat terbelakang dan otak berukuran lebih kecil daripada normal.
c.  Hormon kortisol, pada jumlah yang sedikit penting untuk pertumbuhan normal tulang. Pada jumlah tinggi, menghambat formasi tulang, yang mengarah pada osteoporosis.
d.   FSH dan LH. Keduanya merupakan glikoprotein kecil yang merangsang sel target ovarium dengan cara berkombinasi dengna reseptornya yang sangat spesifik pada membran sel sehingga reseptor yang diaktifkan tersebut selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi  sekaligus pertumbuhan da proliferasi sel. Hiopfisis secara progresif mulai mensekresikan lebih banyak FSH dan LH terutama pada usia 9 sampai 10 tahun dan mencapai puncaknya pada awal sikllus seksual bulanan antara usia 11 sampai 16 tahun dimana periode ini disebut pubertas dan siklus menstruasi pertama disebut menarke.
e.   Hormon estrogen. Fungsi utama dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dsan pertumbuhan jaringan organ kelamin primer dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Estrogen saat pubertas meningkat sebanyak 20 kali dibandingkan saat anak-anak. Estrogen menyebakan Ovarium, Tuba Fallopi, Uterus dan Vagina bertambah besar. Genitalia eksterna membesar dengan deposisi lemak pada mons pubis, dan labia mayora yang disertai pembesaramn dari labia minor.Estrogen mengubah epitel Vagina dari tipe kuboid menjadi bertingkat dianggap lebih tahan terhadap trauma dan infeksi. Selama beberapa tahun sesudah pubertas, ukuran uterus meningkat menjadi 2-3 kali lipat dan juga perkembangan endometrium meningkat.
Efek estrogen pada payudara:
1)                                          Perkembangan jaringan stroma payudara
2)                                          Pertumbuhan system duktus yang luas
3)                                          Deposit lemak pada payudara.
Secara ringkas, estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat pembentuk air susu payudara. Estrogen juga berperan pada pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar peyudara wanita dewasa.
      Estrogen menyebabkan meningkatnya aktivitas osteoblastik. Ketika wanita masuk ke masa reproduksi, laju pertumbuhannya menjadi lebih cepat selama beberapa tahun, akan tetapi, estrogen menyebabkan terjadinya penggabungan awal dari epifisis dengan batang dari tulang panjang. Akibatnya, pertumbuhan wanita terhenti lebih cepat beberapa tahun dibandingkan pria.
      Meningkatnya perkembangan dari lobulus dan alveoli payudara mengakibatkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar, dan bersifat sekretorik. Progesteron juga menyebabkan payudara membengkak. Sebagian daripembengkakan ini terjadi karena perkembangan sekretorik dari peningkatan cairan di dlaam subkutan.
      Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesterone secara tiba-tiba, terutama progesterone, pada akhir siklus ovarium bulanan. Untuk bisa terjadinya menstruasi, estrogen dan progesterone harus cukup dahulu lalu kemudian berkutrang secara tiba-tiba. Jadi apabila kadar estrogen dan progesterone belum cukup/mencapai puncaknya, maka menstruasi tidak terjadi.

Tutorial Blok 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar