Asro Medika

Rabu, 16 November 2011

Somnambulisme



I.  Diagnosis Banding
·         Sleep drunkenness : suatu bentuk terjaga abnormal, dimana tidak terdapatnya sensorium yang jernih dalam transisi antara tidur dan terjaga penuh, berkepanjangan, dan berat
·         Noctural complex partial fugue
II. Penegakan Diagnosis
Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) III Tahun 1995, somnambulisme memiliki kode diagnostik F51.3
  • Diagnosis pasti memerlukan hal-hal berikut:
(a) gambaran utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah)
(b) selama satu episode, individu menunjukan wajah bengong (blank, starring face). Relatif tak memberi respon terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
(c) pada waktu sadar / bangun (setelah episode atau besok paginya) individu tidak ingat apa yang terjadi
(d) dalam waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat.
(e) tidak adanya bukti adanya gangguan mental organic.
·         Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsy psikomotor dan fugue.

Menurut Perdossi (2006), kriteria diagnosis untuk somnambulisme adalah sebagai berikut:
A. Klinis
1.      Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur    (NREM stadium 3-4)
2.      Penderita bangun duduk di tempat tidur, membuka mata, membuka selimut, bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha meninggalkan tempat tidur.
3.      Anak dapat berjalan ke kamar tidur orang tua dan memberikan respon sederhana terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing.
4.      Penderita mencoba berpakaian, lalu berjalan mengelilingi tempat tidur tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik tangga, memakai alat-alat dapur, dan berusaha menyiapkan makanan.
5.      Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan mengendarai mobil.
6.      Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah berjalan di luar rumah. Penderita biasanya mau diajak ke tempat tidur tanpa perlawanan.
7.      Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan haruslah dihindari karena menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan keinginan melarikan diri yang dapat mencetuskan kekerasan mendadak.
8.      Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi, dan sesudahnya segera tidur lagi.

B. Laboratoris
1. Polysomnography : untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain.
2. Rekaman video : sangatlah membantu melihat pola serangan.
C. Radiologis : Tidak ada kelainan
D. Gold Standar
Polysomnography:
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama beberapa detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran klinis epilepsi. Sering terbangun langsung dari stadium 1-2 NREM disertai atau tanpa sleep walking.
Rekaman video dapat menunjukkan pola aktivitas serangan.
III. Diagnosis Kerja : F51.3 somnambulisme
IV. Definisi
            Urutan perilaku kompleks yang di mulai pada sepertiga bagian pertama malam hari selama tidur non REM. Dimana penderita berjalan, melakukan aktifitas tanpa ia sadari. 
V.Etiologi
1. Genetika
    • Somnambulisme lebih sering terjadi pada kembar monozigot dan 10x lebih sering didapatkan jika suatu first-degree relative memiliki riwayat somnambulisme.
    • Adanya peningkatan frekuensi alel DQB1*04 dan *05. Gen-gen DQB1 juga terlibat di dalam narcolepsy dan gangguan lain dari pengendalian motorik selama tidur, misalnya: gangguan perilaku Rapid Eye Movement (REM behavior disorder)
2. Lingkungan
1. Kurang tidur (sleep deprivation)
2. Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep schedules)
3. Demam (fever)
4. Stres atau tekanan (stress)
5. Kekurangan (deficiency) magnesium
6. Intoksikasi obat atau zat kimia, misalnya: alkohol, sedativ, antidepresan


3. Berhubungan dengan Kondisi Medis
Beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan somnambulisme antara lain:


a. Aritmia
b. Chronic paroxysmal hemicrania
c. Migraine
d. Fever
e. Gastroesophageal reflux
f. Nocturnal asthma
g. Nocturnal seizures
h. Obstructive sleep apnea
i. Gangguan psikiatris, seperti: posttraumatic stress disorder, panic attack, dan dissociative states.
j. Hipertiroidisme

VI. Epidemiologi
  • Saat usia puncak 4-8 tahun prevalensinya 20%. Sumber lain mengatakan 15-30%.
  • Saat usia dewasa prevalensinya 3-4 %. Sumber lain mengatakan 1-4%.
  • Rasio pria:wanita = 1:1.
VII. Patofisiologi (Riwayat Timbulnya Penyakit)
Sleepwalkers memiliki ketidaknormalan pada pengaturan slow wave sleep. Disosiasi yang terjadi diantara tidurnya tubuh dan akal muncul dari aktivasi jalur thalamocingulate dengan persisting deactivation dari sistem thalamocortical arousal lainnya
VIII. Gambaran Klinis
A. Penderita somnambulisme dapat melakukan aktivitas seperti berikut:
1. Berjalan di seputar kamarnya atau di rumahnya.
2. Berjalan jarak jauh.
3. Mendadak duduk di tempat tidur.
4. Mengendarai (menyetir) mobil dalam keadaan tidur.
B. Dapat memiliki keadaan sebagai berikut:
1. Bila bicara, jarang bermakna. Dapat juga berkata jorok.
2. Kencing di tempat yang tidak biasanya (biasanya anak-anak)
3. Mata terbuka dan ekspresi wajahnya kosong.
4. Sulit bangun saat somnambulisme berlangsung.
5. Tidak ingat kronologis kejadiannya
IX. Faktor resiko / Pemicu
Menurut Prof.DR.dr. S.M. Lumbantobing, Sp.S(K), Sp.KJ. (2004), somnambulisme dapat dipicu oleh berbagai keadaan, seperti:
1. Deprivasi (kurang) tidur.
2. Demam.
3. Stres.
4. Medikasi (misalnya: fenotiazin, kloralhidrat, lithium).
5. Gangguan lain yang menyebabkan terbangun dari tidur (arousal), misalnya: OSA     Obstructive Sleep Apnea), kandung kencing penuh, suara keras.
X. Tatalaksana
  1. Farmakologis
    • Obat yang dapat menekan tidur stadium 3 dan 4 :
-          Diazepam, 10mg, terbukti efektif.
-          Clonazepam 0,5 – 1 mg
-          Imipramine 10-50mg
  1. Non-Farmakologis
    * Teknik relaksasi, imajinasi mental, dan anticipatory awakenings sebagai manajemen terapi jangka panjang
* Anticipatory awakenings terdiri dari membangunkan anak sekitar 15-20 menit sebelum waktu biasanya ia terbangun. Lalu jagalah ia tetap bangun hingga melewati waktu dimana episode biasanya terjadi.
 XI. Prognosis
  • Dubia ad bonam
XII. Komplikasi
            Terluka karena menabrak sesuatu ketika sleepwalking
Team Samo Kito





Tidak ada komentar:

Posting Komentar