Asro Medika

Rabu, 16 November 2011

Gagap



Diagnosis banding
v  Disfonia spastik adalah gangguan bicara mirip gagap dan dibedakan dari gagap oleh adanya pola pernapasan yang abnormal.
v  Cluttering (kebinggungan) adalah gangguan bicara yang ditandai oleh pola bicara yang aneh dengan distritmik berupa semburan kata dan frasa yang cepat dan menyentak. Dalam cluttering, orang terkena tidak menyadari gangguan, sedangkan, setelah fase awal gangguan, penggagap menyadari kesulitan bicara mereka.
Penegakan diagnosis
Kriteria diagnosti DSM-IV untuk gagap
A.      Gangguan pada kefasihan normal dan pola waktu bicara (tidak sesuai menurut usia individu), ditandai oleh seringnya terjadi satu atau lebih berikut :
1)      Pengulangan bunyi atau suku kata
2)      Perpanjangan bunyi
3)      Interjeksi
4)      Pemutusan kata (misalnya, jeda di dalam kata )
5)      Hambatan yang terdengar atau tenang (jeda yang terisi atau tidak terisi dalam bicara)
6)      Circumlocutions (substitusi kata untuk menghindari kata yang sulit)
7)      Kata diproduksi dengan ketegangan fisik yang berlebihan
8)      Pengulangan seluruh kata satu suku kata (misalnya, “ ke-ke-ke- ke mana” ?)
B.      Gangguan kefasihan mengganggu pencapaian akademik atau pekerjaan, atau komunikasi sosial.
C.      Jika terdapat suatu defisit motorik bicara atau sensorik, kesulitan bicara adalah melebihi apa yang biasanya berhubungan dengan masalah tersebut.
Catatan penulisan : jika terdapat suatu defisit motorik-bicara atau sensorik atau suatu kondisi neurologis, tuliskan kondisi tersebut pada aksis III.
Diagnosis kerja
GAGAP     
Dalam DSM-IV, gagap diklasifikasikan di bawah gangguan komunikasi dalam kefasihan normal dan pola waktu bicara yang tidak sesuai untuk usia pasien dan yang terdiri dari satu atau lebih hal berikut : pengulangan bunyi, perpanjangan, penyisipan,henti dalam kata, substitusi kata yang terlihat untuk menghindari hambatan, dan hambatan yang terdengar atau tenang.
Epidemiologi
v  Di dalam populasi umum prevalensi gagap kira-kira 1 – 3%
v  Paling sering terjadi pada anak kecil dan menghilang pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.
v  Lebih sering terjadi di antara anggota keluarga anak yang terkena dibandingkan populasi umum.
Etiologi
Penyebab tidak diketahui
Manifestasi klinis
Gagap biasanya tampak sebelum usia 12 tahun, pada sebagian besar kasus antara usia 18 tahun dan 9 tahun, dengan 2 puncak onset yang tajam antara usia 2 sampai 31/2 tahun dan 5 sampai 7 tahun.
Empat fase yang secara bertahap berkembang dalam perkembangan gagap telah dikenali :
·         Fase 1 terjadi selama periode prasekolah. Awalnya, kesulitan cenderung episodek tampak untuk periode beberapa minggu atau bulan antara jeda bicara normal yang panjang.
·         Fase 2 biasanya terjadi di tahun-tahun sekolah dasar. Anak yang terkena menjadi menyadari kesulitan bicaranya dan menganggap dirinya penggagap.
·         Fase 3 biasanya terlihat setelah usia 8 tahun dan sampai masa dewasa. Beberapa kata dirasakan lebih sulit dari kata atau bunyi lainnya.
·         Fase 4 biasanya ditemukan pada masa remaja akhir dan masa dewasa. Penggagap menunjukkan antisipasi gagap yang jelas dan menakutkan. Mereka takut terhadap kata, suara, dan situasi.
Gangguan lain yang terjadi bersamaan dengan gagap adalah gangguan fonologis, gangguan bahasa ekspresif, gangguan bahasa reseptif/ekspresif, dan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas.    
Patogenesis
Proses Berbahasa dan Berbicara :
  1. Dorongan bahasa bermula dari area Wernicke dan ditransmisi ke area Broca di frontal. Di daerah Broca, program yang sudah familiar menyusun bahasa, distimulasi menjadi aktif lalu daerah Broca mentransmisi ke serebrum.
  2. Bahasa yang sempurna memerlukan gerakan otot yang mahir. Aktivitas bahasa diselesaikan oleh area motorik serebrum yang berkaitan dengan motorik kortek depan. Kortek memberikan pengaruh pada pusat pernapasan dan mengambil alih kontrol terhadap diafragma dan otot interkostal. Dengan demikian, udara yang digunakan untuk pernapasan dipaksa untuk mengeluarkan suara melalui pita suara.
  3. Area motorik serebrum otak mengatur pita suara hingga menimbulkan getaran suara. Akhirnya, kortek motorik mengendalikan otot bibir, lidah, dan tenggorokan untuk menciptakan suara bicara.
  4. Ketika berbicara, dorongan perasaan yang multikompleks mempengaruhi informasi ke otak. Mereka membawa perasaan sentuh dan posisi bibir, lidah, dan tenggorokan agar otak memahami bagaimana kemajuan daya, ruang, dan sudut (ketika mulut penuh dengan makanan dan masih berbicara  merupakan koordinasi sistem saraf).
  5. Saat mendengar suara dari sendiri, dorongan pendengaran akan feedback ke daerah pendengaran pertama yang terletak di temporal. Daerah pendengaran yang bersebelahan dengan area Wernicke dapat membantu area wernicke untuk mengetahui bagaimana setiap intonasi, dan jika perlu membantu melakukan koreksi yang diperlukan.
  6. Otak kecil dan basal neuroglia membantu korteks motorik untuk mengkoordinir gerakan otot untuk berbicara.
Pada penderita gagap terdapat gangguan pada area Broca menimbulkan seseorang mengalami gangguan bicara yang terpatah-patah, di samping penguasaan kosa kata yang amat minim/terbatas dan sering mengulangi kata-kata tertentu.

Penatalaksanaan
v  Terapi pendekatan
Contoh : terapi diri
Didasarkan pada anggapan bahwa gagap bukan merupakan gejala tapi suatu prilaku yang dapat dimodifikasi. (bagaimana memodifikasi perilaku menyimpang yang berhubungan dengan hambatan gagapnya)
v  Terapi dengan memusatkan pada rektrukturisasi kefasihan
Keseluruhan pola produksi bicara dibentuk ulang, dengan penekan pada berbagai perilaku sasaran, termasuk kecepatan penurunan, onset bersuara mudah atau berhati-hati, dan transisi yang halus antara suara, suku kata, dan kata.
v  Terapi keluarga jika terdapat disfungsi keluarga, peranan keluarga terhadap gejala penderita gagap, atau stres kelurga karena mencoba untuk menghadapi atau membantu penggagap.  
 Prognosis
50-80 % dari semua anak dengan gagap, sebagian besar kasus yang ringan, adalah pulih spontan.
Komplikasi
Keterbatasan orang terkena dalam pilihan perkerjaan dan kemajuan.
Team Samo Kito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar