1. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
- Riwayat keterlambatan anak di dalam perkembangan motorik dan kinerja motorik yang signifikan terganggu. (misalnya menanyakan kemajuan dalam pelajaran Jasmani, jika anak telah sekolah).
- Aktivitas anak di sekolah atau lingkungan bermain
- Riwayat kehamilan ibu
- Riwayat kelahiran anak: exà prematuritas, berat lahir rendah.
- Riwayat gizi anak
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Apakah ada riwayat normal sebelumnya
- Riwayat interaksi sosial di sekolah atau lingkungan bermain
- dll
b. Pemeriksaan Fisik
- Mengamati fungsi motorik (cara berjalan, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, menulis).
- Tes neurologis ( fungsi motorik )à gerakan, kekuatan, tonus, refleks fisiologis, klonus, refleks patologis.
c. Pemeriksaan Tambahan
Tes khusus untuk koordinasi motorik:
- Bender Visual Motor Gestalt Test
- Frostig Movement Skills Test Battery
- Bruininks-Oseretsky Test of Motor Development
Berdasarkan PPDGJ-III F82.0 Gangguan Perkembangan Motorik Khas
Pedoman Diagnostik:
- Koordinasi motorik anak dalam gerak halus, atau kasar, harus secara bermakna di bawah rata-rata dari yang seharusnya berdasarkan usianya dan inteligensia umum. Keadaan ini terbaik dinilai dengan tes baku dari koordinasi motorik.
- Kesulitan dalam koordinasi harus sudah tampak sejak dalamnya fase perkembangan awal (bukan hendaya yang didapat) dan juga bukan akibat langsung dari gangguan penglihatan, pendengaran, atau dari gangguan neurologis lainnya.
- Jangkauan dari gangguan yang meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas dan pola hendaya motorik bervariasi sesuai usia.
- Kesulitan sekolah dapat dijumpai dan kadang-kadang tarafnya sangat berat; dalam beberapa kasus terdapat juga masalah perilaku sosio-emosional, tetapi frekuensi dan cirinya tidak banyak diketahui.
- Tidak dijumpai kelainan neurologis yang nyata (seperti cerebral palsy atau distrofi otot).
2. Diagnosis Banding
- Cerebral Palsyà pada pemerikasaan neurologis, biasanya mengungkapkan defisit yang lebih ekstensif dibandingkan gangguan perkembangan motorik
- Retardasi mentalà pada retardasi mental disertai prestasi akademik dan tes verbal di bawah rata2 sedangkan pada gangguan perkembangan motorik biasanya hanya pelajaran Jasmani yang terganggu dan kadang2 tes tertulis.
3. Diagnosis Kerjaà Gangguan Perkembangan Motorik
Diagnosis Multiaksial
AKSIS I F82.0 Gangguan Perkembangan Motorik Khas
AKSIS II Z03.2 Tidak ada Diagnosis
AKSIS III -
AKSIS IV -
AKSIS V GAF= 75 (80-71)
· Epidemiologi
Prevalensià kira-kira 5% anak usia sekolah.
Laki-laki: perempuanà 2-4: 1. Angka ini dapat meningkat juga akibat bias berupa meningkatnya pengawasan mengenai perilaku motorik laki-laki dibandingkan perempuan.
· Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, dan diyakini meliputi faktor “organik” dan “perkembangan”.
Faktor Resiko:
- Prematuritas
- Hipoksia
- Malnutrisi perinatal
- Berat lahir rendah
4. Penatalaksanaan
Terapi gangguan koordinasi perkembangan umumnya mencakup berbagai versi program integrasi sensorik dan pendidikan jasmani yang dimodifikasi.
Program integrasi sensorik, biasanya diberikan oleh ahli terapi okupasional dan terdiri atas aktivitas-aktivitas fisik yang meningkatkan kesiagaan fungsi motorik dan sensorik.
5. Komplikasi
Gangguan atensi dan tingkah laku sebagai masalah sekunder (ex: iritabilitas, perilaku menghindar).
6. Prognosis
Vitam: bonam,
Functionam: tergantung kasus.
Team Samo Kito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar