Asro Medika

Selasa, 15 November 2011

vertigo berdasarkan gejala klinis


Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1.      Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a.       Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b.      Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c.       Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2.      Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
a.       Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
b.      Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
c.       Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.

3.      Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :
a.       Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
b.      Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
c.       Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
*       Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
*      Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

Klasifikasi lain :
a.       Subjektif vertigo, yaitu vertigo yang dirasakan ketika seseorang merasakan sensasi yang salah dari pergerakan.
b.      Objektif vertigo, yaitu vertigo yang dirasakan ketika lingkungan sekitar terlihat bergerak dalam pandangan orang tersebut.

1.      Gejala
Vertigo menunjukkan bahwa ada sensasi dari gerakan baik dari orang atau lingkungan hidup. Jangan sampai tertukar dengan gejala ringan atau pingsan.
Jika benar ada vertigo, ada rasa atau gerakan disorientasi. Selain itu, pasien juga dapat memiliki salah satu atau semua gejala-gejala :
a.        Mual atau muntah-muntah
b.       Berkeringat
c.        Pergerakan mata abnormal
d.     Pasien mungkin telah kehilangan pendengaran dan nada sensasi di telinga.
e.      Pasien mungkin ada gangguan visual, kelemahan, kesulitan bicara, penurunan tingkat kesadaran, dan kesulitan berjalan.
2.      Etiologi
a.      Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah bentuk vertigo yang paling umum dan bercirikan sensasi dari gerakan yang diprakarsai oleh gerakan tiba-tiba kepala atau kepala bergerak dalam arah tertentu. Vertigo jenis ini jarang serius dan dapat diobati. Menggambarkan masalah pada telinga dalam dimana terbentuk otoconia pada labyrinth telinga dalam.
b.    Vertigo juga dapat disebabkan oleh peradangan pada labirin atau telinga dalam (labyrinthitis), yang bercirikan oleh onset vertigo yang tiba-tiba dan mungkin terkait dengan hilangnya pendengaran. Penyebab paling umum labyrinthitis adalah infeksi virus atau bakteri.
c.    Meniere's disease yang terdiri dari tiga rangkaian gejala: episode dari vertigo, nada di telinga, dan kehilangan pendengaran. Onset vertigo parah yang tiba-tiba, kehilangan pendengaran perlahan-lahan, dan juga masa di mana mereka bebas gejala.
d.   Acoustic neuroma adalah jenis tumor yang dapat menyebabkan vertigo. Gejala berupa vertigo dengan nada satu sisi di telinga dan kehilangan pendengaran.
e.    Vertigo dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah ke bagian otak. Pendarahan ke dalam bagian otak belakang (perdarahan cerebellar) yang dicirikan oleh vertigo, sakit kepala, kesulitan berjalan, dan ketidakmampuan untuk melihat ke arah bagian samping perdarahan.
f.     Vertigo juga merupakan gejala dari multiple sklerosis. Onset biasanya tiba-tiba, dan pemeriksaan mata menunjukkan ketidakmampuan mata untuk bergerak menuju garis tengah hidung.
g.    Trauma kepala dan cedera leher juga dapat mengakibatkan vertigo.
h.    Kelainan metabolik dapat menyebabkan vertigo, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit tiroid, anemia, dan gangguan kalsium.
i.      Migrain, salah satu bentuk sakit kepala parah, mungkin juga menyebabkan vertigo. Vertigo yang biasanya diikuti dengan sakit kepala.
j.      Drug toxicities (gentamicin).
k.    Stroke.
l.      Brain trauma.   Penyebab ini dapat terjadi akibat hypertensive encephalopathy.
m.  Keracunan CO.

3.      PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1.      Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2.      Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3.      Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala
4.      Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan
5.      Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo
6.      Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

·         Mual
1.            Etiologi
a.       Gastroenteritis
b.      Inflamasi disepanjang perut dan intestinum ini secara tipikal disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. 
c.       Sakit kepala atau gangguan telinga dalam
      Sakit kepala yang intens, seperti migrain, dapat menyebabkan mual.  Gangguan telinga dalam, seperit ”motion sickness”, juga dapat menyebabkan mual.
d.      Perawatan Medis
      Diasosiasikan dengan obat-anti kanker dan terapi radiasi.
e.       Racun
      Racun dengan tingkat yang tinggi dalam darah,termasuk alkohol, nikotin dan obat seperti antibiotik, dapat menyebabkan mual.
f.       Hormon
      Perubahan hormon pada kehamilan awal, masalah pada kelenjar tiroid juga dapat menyebabkan mual.
g.      Diabetes
      Dapat menyebabkan mual, terutama jika pengontrolannya rendah.  Jika penderita mengalami diabetes dalam jangka waktu lama, dapat memicu kondisi pada perut yang disebut gastroparesis, yang juga dapat menyebabkan mual dan kesulitan makan. 
h.      Peptic ulcers
      Peptic ulcer adalah luka terbuka yang berkembang di sepanjang perut, upper small intestine atau esofagus.  Gejala klasiknya adalah rasa terbakar dimana saja dari pusat ke tulang dada.
i.        Gastroesophageal reflux disease (GERD)
j.        Pancreatitis
k.      Penyakit hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar